Ilustrasi penurunan investasi Indonesia. Foto: ukmindonesia.id
Insi Nantika Jelita • 21 July 2025 15:33
Jakarta: Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M. Rizal Taufikurahman menyebut kesepakatan tarif perdagangan barang antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dinilai diskriminatif.
Ini karena bea masuk produk asal AS ke Indonesia tetap nol persen, dianggap tidak hanya merugikan posisi Indonesia dalam hubungan dagang bilateral, tetapi juga pada keterlibatan Indonesia dalam rantai nilai global.
Menurut Rizal, ketidakseimbangan ini mendorong pergeseran arus perdagangan internasional ke negara lain, yang pada akhirnya meng melemahkan investasi di Indonesia.
"Investasi diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,061 persen, berdasarkan simulasi GTAP Analysis 2025 yang dilakukan Indef," imbuh Rizal dalam diskusi daring Indef bertajuk 'Tarif Amerika Turun, Indonesia Bakal Untung', Senin, 21 Juli 2025.
Sementara berdasarkan simulasi menggunakan model Global Trade Analysis Project (GTAP) versi 11, ekspor produk tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia ke AS diperkirakan turun 4,88 persen. Impor juga anjlok sekitar 1,65 persen.
Rizal berpandangan, penurunan ekspor Indonesia mencerminkan melemahnya daya saing produk nasional di pasar Negeri Paman Sam. Sektor-sektor seperti manufaktur, termasuk elektronik, furnitur, dan alat rumah tangga, tekstil, serta kelapa sawit mentah (CPO), menjadi yang paling terdampak.
Sementara itu, penurunan impor mencerminkan efek limpahan (spillover) dari perlambatan makroekonomi domestik, seperti penurunan permintaan, melemahnya pendapatan masyarakat, hingga kontraksi konsumsi dan investasi.
Baca juga: Penurunan Tarif AS Tak Jamin Ekspor Tekstil Lebih Kompetitif, Produk RI Masih Kalah Saing |