Menteri Koordinator Bidang Pangan sekaligus Ketua Satgas Kopdes Merah Putih, Zulkifli Hasan. Dok. IG Zulhas
Jakarta: Pemerintah terus memperkuat layanan kesehatan dan ekonomi di tingkat desa melalui integrasi besar-besaran fasilitas kesehatan ke dalam Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih). Tak tanggung-tanggung, sebanyak 54.000 klinik dan puskesmas direncanakan masuk ke dalam sistem koperasi tersebut, yang diyakini akan menjadi tulang punggung pelayanan dasar masyarakat desa.
Langkah ini digagas dalam rapat lanjutan yang membahas Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025, dan melibatkan Satgas Kopdes Merah Putih serta para kepala desa dari seluruh Indonesia. Integrasi ini disebut sebagai upaya menyatukan aset, SDM, dan prosedur layanan kesehatan agar lebih efisien dan terjangkau bagi masyarakat desa.
Menteri Koordinator Bidang Pangan sekaligus Ketua Satgas Kopdes Merah Putih, Zulkifli Hasan, menyebut program ini juga dirancang untuk memperkuat sistem ekonomi desa secara menyeluruh.
“Kami optimis Kopdes Merah Putih dapat membangun kekuatan ekonomi dari desa. Kami akan membangun sistem sedemikian rupa sehingga para petani dan nelayan tidak lagi terjerat rentenir dan juga para tengkulak,” ujar Zulkifli Hasan dalam pernyataannya usai rapat lanjutan di Jakarta, Senin, 14 April 2025.
Berikut lima hal terkait integrasi layanan kesehatan desa ke dalam sistem koperasi nasional:
1. 54 Ribu Klinik Masuk ke Kopdes Merah Putih
Ribuan fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama—seperti puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas desa (puskesdes)—akan tergabung ke dalam jaringan Kopdes Merah Putih. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa penyatuan sistem ini akan memudahkan masyarakat desa dalam mengakses layanan kesehatan yang terintegrasi.
“Dari 54 ribu itu, saya sudah lapor ke Pak Menko. Mudah saja, tinggal buat regulasi yang menyatukan pustu dan puskesdes dengan koperasi desa,” kata Budi.
Baca juga:
Tujuh Mandat Kemenkop Kebut 80 Ribu KopDes Merah Putih
2. Tiap Desa Punya Apotek Mandiri
Selain layanan klinik, program ini juga mencakup pengembangan apotek desa. Budi menyebut bahwa begitu keputusan terbit, sebanyak 54 ribu unit usaha apotek dan klinik akan terbentuk dalam waktu singkat.
“Dalam seminggu sudah ada 54 ribu unit usaha apotek dan klinik desa. Obatnya bisa dibeli secara nasional, sehingga lebih murah,” jelas Budi.
3. Penambahan Tenaga Apoteker di Desa
Untuk mendukung program ini, Kementerian Kesehatan juga akan menambah tenaga apoteker di setiap desa. Langkah ini bertujuan memperkuat distribusi dan penjualan obat dengan harga terjangkau.
“Kita mau nambah apoteker, karena mereka yang akan bertugas menjual obat dengan sistem pengadaan nasional agar harganya terjangkau,” tutur Menkes.
4. Meniru India, Target Omzet Apotek Desa Capai Triliunan Rupiah
Model apotek desa ini terinspirasi dari India yang berhasil menjalankan program serupa dengan sukses. Pemerintah optimistis Indonesia bisa meniru keberhasilan ini lewat sistem Kopdes Merah Putih.
“Setiap hari ada satu juta orang datang ke apotek desa di India. Omzetnya bisa sampai Rp2,6 triliun per tahun,” ujar Budi.
5. Target Pembentukan 80 Ribu Kopdes Merah Putih
Awalnya, pemerintah menargetkan 70 ribu koperasi desa. Namun, usai rapat pada 3 Maret 2025, Presiden Prabowo Subianto memutuskan menaikkan target menjadi 80 ribu Kopdes Merah Putih.
Presiden juga telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 tentang pembentukan Kopdes Merah Putih, yang ditandatangani pada 27 Maret 2025.