Militer Israel Tembak Mati 22 Warga Lebanon yang Ingin Kembali ke Rumah

Imbas serangan Israel ke wilayah Lebanon. Foto: Anadolu

Militer Israel Tembak Mati 22 Warga Lebanon yang Ingin Kembali ke Rumah

Fajar Nugraha • 27 January 2025 07:17

Beirut: Pasukan Israel membunuh 22 orang di Lebanon selatan pada Minggu 26 Januari 2025 saat batas waktu penarikan pasukan mereka lewat. Sementara ribuan orang mencoba kembali ke rumah mereka untuk menentang perintah militer Israel, kata otoritas Lebanon.

Israel mengatakan pada Jumat bahwa mereka akan mempertahankan pasukan di selatan melewati batas waktu hari Minggu yang ditetapkan dalam gencatan senjata yang ditengahi AS yang menghentikan perang tahun lalu dengan Hizbullah, dengan mengatakan bahwa Lebanon belum sepenuhnya menegakkan ketentuan yang mengharuskan Lebanon selatan bebas dari senjata Hizbullah dan tentara Lebanon untuk dikerahkan.

Militer Lebanon yang didukung AS, yang melaporkan salah satu tentaranya di antara mereka yang terbunuh oleh pasukan Israel pada hari Minggu, telah menuduh Israel menunda penarikan pasukannya.

Konflik Hizbullah-Israel terjadi bersamaan dengan perang Gaza, dan mencapai puncaknya dalam serangan besar Israel yang menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi dari Lebanon dan membuat kelompok yang didukung Iran itu sangat lemah.

“Setidaknya 22 orang tewas dan 124 lainnya terluka di sejumlah lokasi di selatan, sebagai akibat dari apa yang digambarkannya sebagai serangan Israel terhadap warga saat mereka mencoba memasuki kota-kota mereka yang masih diduduki,” ujar Kementerian Kesehatan Lebanon, seperti dikutip, Middle East Eye, Senin 27 Januari 2025.

Sementara militer Israel mengatakan bahwa pasukannya "yang beroperasi di Lebanon selatan melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir ancaman di sejumlah area tempat tersangka diidentifikasi mendekati pasukan". Dikatakan juga bahwa "sejumlah tersangka yang menimbulkan ancaman langsung telah ditangkap”.

Televisi Hizbullah al-Manar, yang disiarkan dari beberapa lokasi di selatan, menunjukkan rekaman penduduk yang bergerak menuju desa-desa pada Minggu pagi, beberapa memegang bendera kelompok itu dan gambar pejuang Hizbullah yang tewas dalam perang.

Seorang juru bicara militer Israel, yang berbicara kepada rakyat Lebanon selatan dalam sebuah posting di X, menuduh Hizbullah mencoba "memanaskan situasi" dan mengatakan tentara Israel "dalam waktu dekat" akan memberi tahu mereka tempat-tempat yang dapat mereka tuju untuk kembali.

Hizbullah telah menyerahkan tanggung jawab kepada negara Lebanon untuk memastikan penarikan pasukan Israel.

Anggota parlemen Hizbullah Hassan Fadlallah mengatakan, Lebanon berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata tetapi Israel telah menentangnya dengan dukungan AS. Gedung Putih mengatakan pada hari Jumat bahwa perpanjangan gencatan senjata sementara yang singkat sangat dibutuhkan.

Presiden desak warga percaya tentara

"Apa yang terjadi di desa-desa perbatasan adalah pembebasan oleh kekuatan rakyat, dan rakyat kami tidak akan dipatahkan oleh tentara Israel," katanya kepada Reuters. "Kami ingin negara memainkan perannya sepenuhnya, dan tentara dikerahkan di desa-desa."

"Kami bekerja sama dengannya untuk memfasilitasi misinya."

Pejabat tinggi PBB di Lebanon dan kepala pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan mengatakan kondisi "belum tersedia" untuk pemulangan warga Lebanon yang aman ke desa-desa dekat perbatasan. "Faktanya adalah bahwa jadwal yang ditetapkan" dalam gencatan senjata "belum terpenuhi", kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Kesepakatan tersebut menetapkan jadwal 60 hari untuk implementasi.

Presiden Joseph Aoun, komandan militer Lebanon hingga parlemen memilihnya sebagai kepala negara pada 9 Januari, meminta rakyat selatan untuk menahan diri dan percaya pada militer Lebanon.

"Kedaulatan dan integritas teritorial Lebanon tidak dapat dinegosiasikan, dan saya menindaklanjuti masalah ini di tingkat tertinggi untuk memastikan hak dan martabat Anda," kata Aoun dalam sebuah pernyataan.

Israel belum mengatakan berapa lama pasukannya akan tetap berada di selatan, tempat militer Israel mengatakan telah menyita senjata Hizbullah dan membongkar infrastrukturnya.

Israel mengatakan serangannya terhadap Hizbullah bertujuan untuk mengamankan kepulangan puluhan ribu warga Israel yang dipaksa meninggalkan rumah di perbatasan akibat tembakan roket Hizbullah.

Hizbullah melepaskan tembakan untuk mendukung sekutu Palestina-nya, Hamas, pada awal perang Gaza pada 8 Oktober 2023.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)