Shinkansen Jepang Hadapi Lonjakan Penumpang dan Tantangan Infrastruktur

Kereta cepat Shinkansen menjadi salah satu transportasi andalan di Jepang. (Anadolu Agency)

Shinkansen Jepang Hadapi Lonjakan Penumpang dan Tantangan Infrastruktur

Willy Haryono • 17 May 2025 18:19

Tokyo: Kereta cepat Shinkansen Jepang mencatat lonjakan jumlah penumpang yang dipicu oleh membludaknya wisatawan dan penyelenggaraan World Expo di Osaka. Tokaido Shinkansen—jalur kereta cepat tertua di dunia yang menghubungkan Tokyo dan Osaka—menjadi salah satu yang paling sibuk.

Selama masa liburan Golden Week yang berlangsung dari 25 April hingga 6 Mei, jumlah penumpang Tokaido Shinkansen naik 5 persen dibanding tahun lalu, mencapai hampir 4,4 juta orang. Bahkan di luar musim liburan, angka penumpang tetap meningkat seiring membanjirnya wisatawan asing.

Sepanjang 2023, jalur ini telah melayani 158 juta penumpang—lebih dari dua kali lipat dibanding 64 juta penumpang pada 2020 saat pandemi COVID-19.

Infrastruktur Menua, Teknologi Jadi Solusi

Namun, di tengah lonjakan permintaan, Tokaido Shinkansen menghadapi tantangan serius akibat infrastruktur yang menua. Central Japan Railway Company (JR Central), operator jalur ini, tengah berupaya melakukan modernisasi melalui pemanfaatan teknologi mutakhir.

“Kami sedang mempertimbangkan penggunaan teknologi terbaru seperti AI dan robotika, yang berkembang sangat cepat,” ujar Tomoyuki Minami, Manajer Umum Departemen Perencanaan Teknologi JR Central, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 16 Mei 2025.

JR Central juga tengah mengembangkan sistem operasi otomatis serta inspeksi berbasis teknologi. Langkah ini diharapkan bisa mengatasi krisis tenaga kerja dan menghemat biaya operasional hingga USD550 juta dalam 10 hingga 15 tahun mendatang. Biaya perawatan yang terus meningkat—termasuk penggantian komponen serta penguatan struktur seperti pilar dan terowongan—menjadi pendorong utama transformasi ini.

Pemeriksaan Rutin Tanpa Kompromi

Di Depo Oi, Tokyo—salah satu dari empat depo utama milik JR Central—kereta-kereta Shinkansen yang telah beroperasi lebih dari 60 tahun menunggu perawatan berkala. Sekitar 160 teknisi melakukan pemeriksaan rutin setiap dua hari untuk memastikan kondisi sinyal, sirkuit listrik, dan sistem pengereman tetap prima.

Selain itu, inspeksi menyeluruh dilakukan setiap 45 hari, dan pembongkaran komponen besar seperti roda serta rem dilakukan setiap 20 bulan.

Seluruh bagian kereta diperiksa secara menyeluruh setelah menempuh jarak 1,6 juta kilometer, atau kira-kira setiap 40 bulan. Setiap rangkaian Tokaido Shinkansen terdiri dari 16 gerbong yang harus diperiksa satu per satu oleh tim teknisi.

“Saya menginspeksi satu rangkaian dalam waktu 50 menit. Dalam sehari, bisa ada 12 set,” ungkap Mizuki Inokoshi, Staf Senior Perawatan di Depo Oi. “Saya harus fokus penuh untuk mendeteksi keausan atau potensi kerusakan. Tidak boleh ada kelengahan sedikit pun.”

Sistem Maglev

Di tengah modernisasi Tokaido, Jepang juga terus melangkah ke depan dengan proyek ambisius: Chuo Shinkansen, kereta maglev superkonduktor. Rute sejauh 515 kilometer dari Tokyo ke Osaka ini ditargetkan dapat ditempuh hanya dalam 67 menit.

Tahap pertama proyek ini—yang menghubungkan Tokyo dan Nagoya—awalnya dijadwalkan beroperasi pada 2027, namun kini ditunda hingga setidaknya 2034 akibat isu lingkungan. Estimasi biaya tahap pertama juga telah membengkak hingga USD48 miliar.

Meski Tokaido Shinkansen sudah melayani jalur tersebut, JR Central menilai keberadaan sistem maglev tetap penting sebagai jalur tambahan jika infrastruktur yang ada terdampak penuaan atau bencana seperti gempa bumi. (Nada Nisrina)

Baca juga:  Hujan Deras Hentikan Layanan Kereta Peluru di Jepang Barat

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)