Ilustrasi. Foto: Dok MI
M Ilham Ramadhan Avisena • 11 March 2025 11:13
Jakarta: Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Goldman Sachs merupakan refleksi pudarnya kepercayaan investor terhadap kepastian kebijakan Indonesia. Itu juga melengkapi pandangan kurang baiknya tata kelola kebijakan yang digarap pemerintah saat ini.
"Salah satunya adalah tata kelola fiskal yang dikhawatirkan akan berdampak terhadap keberlanjutan fiskal, pembayaran utang, ataupun efek terhadap pertumbuhan ekonomi," ujar Koordinator Analis Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) Reyhan Noor dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 11 Maret 2025.
Pemerintah seolah gagap menyikapi permasalahan ekonomi yang terjadi di Tanah Air. Alih-alih terselesaikan, persoalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tren pelemahan nilai tukar rupiah, hingga daya beli masyarakat yang masih terseok justru terus berlanjut.
Sejauh ini belum ada kebijakan atau langkah pasti yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi beragam permasalahan tersebut. Pengambil keputusan justru mengambil dan mengutamakan kebijakan populis yang sampai saat ini belum terlalu jelas bagaimana pengoperasian dan tata kelolanya.
"Program-program populis memang diperlukan untuk menjadi bantalan ekonomi ketika ada krisis. Namun, hingga saat ini masih belum terlihat penjelasan dari mana program tersebut dibiayai dan bagaimana memastikan tata kelolanya berjalan dengan baik," kata Reyhan.
"Sama dengan Presiden Prabowo, hal yang paling dikhawatirkan oleh investor adalah tata kelola yang buruk sehingga terdapat kebocoran dari perilaku koruptif," tambah dia.
Baca juga: |