Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka berfoto bersama Presiden Afrika Selatan Matamela Cyril Ramaphosa. Foto: ANTARA/Mentari Dwi Gayati.
Fachri Audhia Hafiez • 23 November 2025 06:28
Jakarta: Indonesia mengusung isu reformasi tata kelola global, penguatan representasi negara berkembang, dan peran konstruktif dalam diplomasi di antara negara-negara Selatan Global pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan pentingnya solidaritas global.
Dia menekankan bahwa solidaritas global harus dibangun dengan fondasi keadilan dan kesetaraan antara negara-negara maju maupun berkembang. Ini dilakukan untuk mengatasi masalah bersama, seperti perubahan iklim dan krisis multidimensi.
“Indonesia meyakini bahwa pembangunan global tak hanya harus kuat, tapi juga harus adil dan inklusif untuk mengangkat setiap bangsa,” kata Gibran dalam pernyataannya di KTT G20 dikutip dari
Antara, Minggu, 23 November 2025.
Terkait isu finansial global, Gibran menuturkan bahwa dunia saat ini membutuhkan sistem finansial yang semakin mudah diakses, terprediksi, dan memberi kesempatan setara bagi negara berkembang. Yakni, melalui pembebasan utang dan pembiayaan inovatif.
Dalam kesempatan itu, dia memerinci komitmen Indonesia untuk mengalokasikan lebih dari separuh anggaran iklim nasional, sekitar USD2,5 miliar per tahun. Ini untuk mendukung UMKM hijau, asuransi pertanian, dan infrastruktur berketahanan iklim.
Wapres juga mengungkit sistem pembayaran digital
QRIS yang semakin populer di Indonesia. Dia mencontohkan solusi keuangan digital yang sederhana untuk mendorong peningkatan keterlibatan masyarakat dalam ekonomi nasional.
Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka saat menghadiri KTT G20. Foto: Antara.
Dua hal yang disampaikan Gibran tersebut cukup menunjukkan bahwa Indonesia telah mengambil tindakan konkret. Dari pada sekadar berkata-kata, dalam mewujudkan sistem finansial yang inklusif dan diharapkan dapat menjadi inspirasi dunia.
Di hadapan puluhan pemimpin dunia, Wapres Gibran juga mengingatkan bahwa tidak ada metode terbaik untuk pembangunan negara. Sehingga, kerja sama yang saling memberdayakan harus dilakukan.
“Kerja sama harus memberdayakan, bukan mendiktekan. Kerja sama harus mengangkat, bukan menciptakan ketergantungan,” ucap Gibran.
Ia pun tak lupa memuji KTT G20 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Benua Afrika, yang merupakan cerminan bahwa negara-negara selatan global tak lagi merupakan penonton dalam dinamika global. Namun, sudah menjadi pemain aktifnya.