Menteri Investasi dan Kepala BKPM Rosan Roeslani dalam forum 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth. Foto: Metrotvnews.com/Duta Erlangga.
Jakarta: Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan minat terhadap proyek sampah menjadi energi listrik atau waste to energy cukup tinggi. Bahkan, ada lebih dari 100 perusahaan yang berminat.
"Waste to energy kita sudah launching, ternyata minatnya sangat luar biasa, saya dilaporkan ada 107, yang berdaftar 53 ada di dalam negeri, 54 dari luar negeri," kata Rosan dalam forum bertajuk "1 Tahun Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth" di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025.
Rosan mengatakan proyek yang diinisiasi Daya Anagata Nusantara (
BPI Danantara) ini rencananya akan dilakukan di 33 titik. Hanya saja pada tahap awal, proyek
waste to energy akan diluncurkan di 10 titik.
"Karena itu sudah sesuai analisa yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, dan juga oleh Danantara itu sendiri," ungkap Rosan.
Chief Investment Office (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Pandu Sjahrir mengatakan pemerintah tengah fokus membahas proyek
waste to energy. Proyek tersebut diklaim terbesar di dunia.
"Dari sisi investasi langsung, contohnya
waste to energy. Jangan lupa loh, ini mungkin
waste to energy yang kita lakukan ini yang terbesar di dunia. Tidak ada satu negara manapun yang melakukan investasi sebesar ini di
waste to energy. Per hari ini, ini yang terbesar di dunia," ujar Pandu.
1 Tahun Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth. Foto: Dok. Metro TV.
Danantara berencana melakukan proyek mengubah sampah menjadi energi listrik di 33 kota. Total investasi yang dibutuhkan mencapai Rp91 triliun. Adapun, investasi pada satu pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) bisa menelan anggaran hingga Rp2 triliun sampai Rp3 triliun.
"Jangan lupa, ini bukan hanya soal
we want to create return, tapi isu utamanya adalah masaah lingkungan hidup yang sudah krisis. Ini isu utamanya yang kita ingin coba
solve," pungkas Pandu.