Korsel Sebut Korut Mungkin Tak Mau Berdialog dengan Seoul dalam Waktu Dekat

Bendera Korea Utara. (EPA-EFE)

Korsel Sebut Korut Mungkin Tak Mau Berdialog dengan Seoul dalam Waktu Dekat

Willy Haryono • 3 September 2025 18:43

Seoul: Kunjungan serentak Presiden Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Tiongkok dalam rangka perayaan Hari Kemenangan memicu terjalinnya kembali hubungan trilateral antara Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia.

Mengutip dari Asia Today, Rabu, 3 September 2025, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) menilai bahwa kondisi ini dapat membuat Pyongyang kemungkinan tidak akan menanggapi tawaran dialog dari Seoul dalam waktu dekat.

Menurut laporan yang disampaikan kepada komite intelijen Majelis Nasional, Kim Jong-un berangkat dari Pyongyang pada 1 September dengan kereta khusus, menyeberangi perbatasan, dan tiba di Beijing pada 2 September. Ia ditemani oleh istri dan saudara perempuannya, Ri Sol Ju dan Kim Yo Jong, serta diperkirakan putrinya, Kim Ju Ae, yang akan hadir dalam pertemuan dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, memperkuat posisi Kim sebagai calon penerus.

Xi, Putin, dan Kim berdiri bersama di atas Gerbang Tiananmen selama parade militer, menandai kebangkitan aliansi trilateral yang pernah ada pada era Perang Dingin. Namun, NIS meragukan kemungkinan digelarnya KTT trilateral antara Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia, karena pertemuan semacam itu bisa meningkatkan ketegangan internasional.

Menurut NIS, Korea Utara melihat perayaan di Beijing sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruhnya, memanfaatkan hubungan baik dengan Tiongkok untuk memperoleh bantuan ekonomi dan memperkuat posisinya. Sementara itu, sikap Pyongyang terhadap Korea Selatan dan Amerika Serikat tetap dingin.

Kesimpulannya, NIS menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan menanggapi tawaran dialog dari Seoul dalam waktu dekat dan hanya akan mengamati langkah Amerika Serikat.

Secara terpisah, NIS juga melaporkan bahwa pihaknya sebelumnya menentang penetapan serangan terhadap pemimpin Partai Demokrat, Lee Jae Myung, sebagai tindakan teroris pada 2023. NIS merekomendasikan agar insiden tersebut diklasifikasikan sebagai kejahatan khusus. (Kelvin Yurcel)

Baca juga:  Korut Sebut Presiden Korsel Munafik Terkait Seruan Denuklirisasi

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)