Ilustrasi. Foto: dok PLN.
Insi Nantika Jelita • 14 June 2025 14:05
Jakarta: Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai kesepakatan ekspor listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) ke Singapura sebagai langkah strategis dan saling menguntungkan, khususnya bagi Indonesia.
Menurutnya, kerja sama ini akan mendorong peningkatan permintaan terhadap teknologi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan sistem penyimpanan energi baterai (battery energy storage system/BESS).
"Hal ini berpotensi menarik investasi besar di sektor EBT," ujar Fabby kepada Media Indonesia, dikutip Sabtu, 14 Juni 2025.
Lebih lanjut, dia juga berpandangan Indonesia juga akan memperoleh manfaat ekonomi berupa devisa dan pendapatan pajak dari operasional PLTS dan BESS yang terlibat dalam ekspor hijau tersebut. Namun demikian, Fabby menekankan kesepakatan ini masih dalam tahap awal dan belum memiliki rincian teknis yang lengkap.
Dalam 12 bulan ke depan, pemerintah bersama kelompok kerja (pokja) bilateral akan melakukan kajian lanjutan. Fabby mengingatkan agar selama masa ini, Indonesia benar-benar memastikan bahwa kepentingan nasional mendapatkan porsi yang adil dan proporsional dalam kerja sama tersebut.
Fabby juga menyoroti pentingnya kesiapan pemerintah dalam hal perizinan, tata kelola sosial dan lingkungan, serta pembangunan infrastruktur pendukung. Semua aspek tersebut harus dapat diselesaikan tepat waktu untuk memenuhi tenggat yang ditetapkan oleh Energy Market Authority (EMA) Singapura.
Salah satu ketentuan penting dalam perizinan ekspor adalah kewajiban penggunaan modul surya dan baterai yang diproduksi di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah didorong untuk mengupayakan percepatan pembangunan pabrik-pabrik produksi modul surya dan baterai dalam negeri serta memfasilitasi masuknya investasi di sektor ini.
Baca juga: Disuntik Modal Rp163 Triliun, Indonesia Bakal Ekspor Listrik ke Singapura |