Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi RI, Jadi 4,7% Tahun Ini

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Ekonomi RI, Jadi 4,7% Tahun Ini

Eko Nordiansyah • 11 June 2025 11:27

Jakarta: Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7 persen pada 2025 dan 4,8 persen pada 2026. Proyeksi ini lebih rendah dari perkiraan laporan Prospek Ekonomi Global sebelumnya yang sebesar 5,1 persen untuk 2025 dan 2026.

Dalam Laporan Prospek Ekonomi Global terbaru Bank Dunia menyebut, meningkatnya ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan diperkirakan akan mendorong pertumbuhan global tahun ini ke laju paling lambat sejak 2008 di luar resesi global.

Kekacauan tersebut telah mengakibatkan prakiraan pertumbuhan dipangkas di hampir 70 persen dari semua ekonomi. Pertumbuhan global diproyeksikan melambat menjadi 2,3 persen pada 2025, hampir setengah poin persentase lebih rendah dari tingkat yang diharapkan pada awal tahun.

“Negara-negara ekonomi pasar berkembang dan berkembang menuai manfaat dari integrasi perdagangan tetapi sekarang berada di garis depan konflik perdagangan global,” kata Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Prospects Group M. Ayhan Kose dalam keterangan tertulis, Rabu, 11 Juni 2025.
 

Baca juga: 

Libur Sekolah Jadi Momentum Dongkrak Ekonomi dan Pariwisata Domestik



(Ilustrasi. Foto: Dok Kemenkeu)

Meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian

Bank Dunia menilai, kebijakan perdagangan telah mengubah latar belakang ekonomi global. Sebelum tindakan ini, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP) secara umum solid pada awal 2025.

Di Tiongkok, pertumbuhan tetap tangguh karena ekspansi yang didorong ekspor pada akhir 2024 berlanjut hingga kuartal pertama 2025, meskipun putaran tarif awal diumumkan sebelum April 2025.

Di wilayah lain di EAP, pertumbuhan tetap kuat secara umum pada awal 2025 yang didukung oleh pertumbuhan ekspor, yang didorong oleh front-loading sebagai antisipasi terhadap hambatan perdagangan yang lebih tinggi. Namun, pertumbuhan ekspor jasa dari pariwisata menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

Aktivitas manufaktur melemah karena dampak pertama dari tarif yang lebih tinggi terasa di beberapa negara ekonomi terbesar di kawasan tersebut. Konsumsi swasta tetap stabil, dibantu oleh kebijakan moneter yang akomodatif.

“Pertumbuhan di EAP diproyeksikan melambat menjadi 4,5 persen tahun ini dari perkiraan lima persen pada 2024, karena dampak dari hambatan perdagangan yang lebih tinggi, ketidakpastian kebijakan, prospek pertumbuhan global yang lebih lemah, dan kepercayaan yang lebih lemah membebani investasi, ekspor, dan konsumsi di kawasan tersebut,” tulis Bank Dunia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)