Kemenag-Baznas Luncurkan Program Microfinance Masjid, Umat Tak Perlu Pinjol

Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad. Dok. Kemenag

Kemenag-Baznas Luncurkan Program Microfinance Masjid, Umat Tak Perlu Pinjol

Achmad Zulfikar Fazli • 8 October 2025 11:20

Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kemenag bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) meluncurkan program Baznas Microfinance Masjid Berdaya Berdampak (BMM Madada) untuk mendorong pemberdayaan ekonomi umat sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman online (pinjol). Program ini merupakan bagian dari strategi Masjid Berdaya dan Berdampak yang menekankan masjid sebagai pusat ibadah sekaligus motor penggerak kesejahteraan sosial dan ekonomi. 

“Masjid berdaya adalah masjid yang memiliki kapasitas dan sumber daya untuk bertindak, sementara masjid berdampak adalah masjid yang mampu menghadirkan perubahan positif bagi lingkungannya,” ujar Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, dalam acara Madada Festival yang digelar Subdit Kemasjidan di Auditorium H.M. Rasjidi, Kemenag RI, dilansir pada Rabu, 8 Oktober 2025.

Abu menekankan transformasi fungsi masjid dari pusat ibadah tradisional menjadi pusat pemberdayaan ekonomi dan sosial harus menjadi langkah nyata agar masjid tetap relevan di era modern. “Melalui kolaborasi dengan Baznas, LAZ, BWI, BPJS, CSR, dan ormas Islam, masjid bisa menjadi pusat inovasi yang memberi manfaat langsung bagi jamaah,” kata Abu.

BMM Madada, lanjut Abu, dirancang sebagai pinjaman lunak tanpa bunga yang disalurkan melalui masjid-masjid. Program ini menargetkan potensi penerima yang memiliki kapasitas usaha, sekaligus mengubah status mereka dari penerima bantuan menjadi muzaki aktif.

“Dulu mereka hanya menerima bantuan, kini mereka bisa berperan sebagai pemberi. Banyak cerita sukses yang muncul dari program ini,” jelas Abu.

Selain aspek ekonomi, Abu menyoroti inisiatif lingkungan dan edukasi. Masjid yang berdaya tidak hanya memperhatikan kesejahteraan jemaah, tetapi juga lingkungan sekitar, termasuk program penghijauan dan penanaman pohon di sekitar masjid percontohan.

“Masjid harus bersih, indah, dan hijau. Ini bagian dari bentuk dakwah yang kontekstual,” tambah Abu.
 

Baca Juga: 

Bukan Hanya Pusat Pendidikan, Pesantren Jadi Motor Penggerak Ekonomi Masyarakat


Abu juga menyinggung kegiatan edukasi keagamaan untuk berbagai generasi. “Kami mencatat generasi baby boomers sangat antusias belajar agama, sedangkan Gen Z dan milenial literasinya tinggi tapi praktik ibadahnya belum optimal. Program Fasolatan kami hadir untuk menjembatani hal ini, memberikan pengajian yang sesuai untuk orang tua agar bisa belajar dan tetap aktif secara spiritual,” ujar Abu.

Dia berharap BMM Madada akan menjadi model masjid berdaya dan berdampak di seluruh Indonesia, mendorong ekonomi jemaah, menjaga lingkungan, dan membangun peradaban Islam yang inklusif.

Memberdayakan Ekonomi Masyarakat


Sementara itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat, menjelaskan mekanisme BMM Madada secara rinci. Pinjaman lunak ini diberikan melalui masjid dan besarannya hingga Rp150 juta per masjid, ditujukan untuk warga yang dinilai memiliki kapasitas usaha atau potensi bisnis.

“Program ini bukan sekadar bantuan, tetapi investasi untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri secara ekonomi,” jelas Arsad.

Arsad menekankan BMM Madada memfasilitasi hubungan langsung antara penerima dengan masjid sebagai mediator, sekaligus membangun ekosistem usaha kecil yang berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat tidak perlu lagi bergantung pada pinjol berbunga tinggi yang sering memberatkan.

Arsad mengungkapkan keberhasilan program dalam mengubah penerima bantuan menjadi muzaki yang aktif berkontribusi ke masjid. “Ini model pengembangan ekonomi umat berbasis masjid yang efektif. Banyak penerima awal kini mampu memberi kembali kepada jamaah lainnya,” tambah Arsad.

Dalam aspek lingkungan, Arsad menekankan pentingnya masjid sebagai pusat hijau dan nyaman. “Program penghijauan dan penanaman pohon di sekitar masjid percontohan menjadi bagian dari dakwah ekologis, sekaligus mempercantik fasilitas masjid untuk jemaah,” ujar Arsad.

Arsad juga mengulas program edukasi keagamaan Fasolatan, yang menyasar generasi lansia (baby boomers) untuk tetap aktif belajar dan beribadah. “Pengajian ini menyesuaikan kebutuhan orang tua yang tidak mungkin belajar bersama cucu atau generasi muda secara langsung. Tujuannya agar mereka tetap produktif secara spiritual,” jelas Arsad.

Dia menambahkan, program ini juga menjadi wadah interaksi lintas generasi, di mana generasi tua bisa menularkan pengalaman dan praktik ibadah, sementara generasi muda mendapatkan literasi agama secara kontekstual. Hal ini diharapkan memperkuat kesadaran sosial dan spiritual jemaah secara berkelanjutan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)