Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 20 March 2025 05:26
Washington: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pihaknya siap mendukung usulan Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan serangan terhadap target energi. Kata sepakat diraih menyusul panggilan telepon "positif" dengan Presiden AS Donald Trump, sehari setelah presiden Rusia tersebut juga menerima rencana AS.
Kedua pemimpin berbicara selama sekitar satu jam pada hari Rabu saat Trump melanjutkan upayanya untuk mengamankan gencatan senjata dalam perang Rusia-Ukraina. Setelah panggilan telepon tersebut, Trump menulis di media sosial bahwa ia melakukan panggilan telepon "sangat baik" dengan Zelenskyy dan bahwa upaya untuk merundingkan gencatan senjata "sangat sesuai rencana".
Tujuan panggilan telepon tersebut, yang dilakukan sehari setelah Trump berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, adalah untuk "menyelaraskan Rusia dan Ukraina dalam hal permintaan dan kebutuhan mereka,” kata Trump.
Selama diskusi Trump dengan Putin pada hari Selasa, pemimpin Rusia tersebut setuju untuk tidak menargetkan infrastruktur energi tetapi menolak untuk mendukung gencatan senjata penuh selama 30 hari.
Dalam unggahan di media sosial, Zelensky mengatakan percakapannya dengan Trump "positif, sangat substantif, dan jujur" dan bahwa ia yakin "perdamaian abadi dapat dicapai tahun ini" dengan dukungan AS.
“Kami akan terus bekerja untuk mewujudkan gencatan senjata dan mengisyaratkan akan ada pertemuan lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang di Arab Saudi antara tim AS dan Ukraina,” ujar Zelensky, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis 20 Maret 2025.
Trump juga memberi tahu Zelensky selama panggilan telepon mereka bahwa AS dapat mengambil alih kepemilikan pembangkit listrik Ukraina untuk meningkatkan keamanan mereka.
“AS dapat sangat membantu dalam menjalankan pembangkit-pembangkit tersebut dengan keahlian listrik dan utilitasnya,” menurut pernyataan Gedung Putih dari Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Mike Waltz.
Trump mengatakan bahwa "kepemilikan Amerika atas pembangkit-pembangkit tersebut dapat menjadi perlindungan terbaik untuk infrastruktur itu". Tidak segera jelas pembangkit energi mana yang dimaksud Trump dalam panggilan telepon tersebut.