Eceng gondok yang tumbuh liar di waduk Desa Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, disulap menjadi sumber energi alternatif dan produk bernilai ekonomi/Dok. UMM
Daviq Umar Al Faruq • 27 August 2025 12:18
Malang: Eceng gondok selama ini dikenal sebagai gulma yang mengganggu ekosistem perairan. Namun, di tangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), tanaman yang tumbuh liar di waduk Desa Kaumrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, itu justru disulap menjadi sumber energi alternatif dan produk bernilai ekonomi.
Melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa), UKM Forum Diskusi Ilmiah (FDI) UMM menghadirkan Rumah Inovasi Wirausaha berbasis Eceng Gondok. Program ini dipimpin Azli Julianto dan telah berjalan sejak Juli lalu hingga akhir tahun 2025. Fokusnya, mengubah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi bagi warga desa.
“Tujuan utama kami adalah membentuk ekosistem wirausaha baru yang berkelanjutan di Desa Kaumrejo, dengan menjadikan eceng gondok sebagai solusi, bukan masalah,” ujar Azli, Ketua Program, Rabu 27 Agustus 2025.
Desa Kaumrejo dipilih karena memiliki persoalan serius dengan penyebaran eceng gondok yang menutupi sekitar 150 hektare atau 20 persen luas waduk desa. Kondisi ini menghambat aktivitas warga, terutama para nelayan.
FDI UMM melihat peluang di balik masalah itu. Mereka menghadirkan pelatihan intensif bagi ibu-ibu PKK, Karang Taruna, BUMDes, hingga mitra lokal. Produk yang dihasilkan beragam, mulai dari briket bahan bakar, pupuk organik, hingga kerajinan tangan.
Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah Workshop Briket Eceng Gondok di Posko PPK Ormawa FDI. Lebih dari 90 persen anggota kelompok Wirausaha Baru hadir dan diajarkan membuat briket dari campuran arang eceng gondok, parafin, tepung kanji, dan air. Hasilnya, briket lebih hemat, ramah lingkungan, tahan lama, dan bernilai jual tinggi.
“Selama ini eceng gondok dianggap sebagai pengganggu. Tapi lewat inovasi ini, kami melihat potensi luar biasa untuk menjadikannya sebagai sumber energi alternatif,” kata Azli.
Dampak program ini langsung dirasakan warga. Hera, salah satu peserta pelatihan, mengaku mendapatkan pengalaman baru sekaligus peluang usaha.
“Program ini membuka wawasan kami. Eceng gondok kini tak lagi jadi limbah, tapi bisa jadi energi baru dan peluang usaha nyata,” ungkap Azli.
Tak hanya menambah penghasilan, program ini juga ditargetkan mampu mengurangi populasi eceng gondok hingga 40 persen per tahun serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar sebesar 15 persen. Target itu sejalan dengan Asta Cita pemerintah dalam mendorong kewirausahaan dan industri kreatif berbasis potensi lokal.
Lebih jauh, FDI UMM berharap Rumah Inovasi Wirausaha menjadi pusat pembelajaran dan produksi yang terus berjalan meski program PPK Ormawa telah usai.
“Harapan kami ke depan, Rumah Inovasi Wirausaha ini menjadi pusat pembelajaran dan produksi yang terus hidup bahkan setelah program berakhir. Kami ingin masyarakat Desa Kaumrejo bisa mandiri, kreatif, dan menjadi contoh bagi desa-desa lain,” pungkas Azli.
Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan, Desa Kaumrejo kini menunjukkan bahwa eceng gondok bukan lagi gulma pengganggu, melainkan energi baru dan harapan bagi ekonomi desa.