Dolar AS Masih Stabil terhadap Mata Uang Utama Dunia

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Dolar AS Masih Stabil terhadap Mata Uang Utama Dunia

Husen Miftahudin • 25 June 2024 09:38

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) stabil pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), menjelang rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada Jumat, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.
 
Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa, 25 Juni 2024, dolar AS stabil di level 105,49 terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Poundsterling melemah 0,01 persen menjadi USD1,2683, sedangkan dolar Australia turun 0,02 persen menjadi USD0,6655.
 
Sementara itu, dolar Selandia Baru juga tergelincir 0,04 persen menjadi USD0,6120, tidak terlalu jauh dari level terendah pada dua minggu terakhir yang dicapai pada minggu lalu.
 
Politik juga menjadi perhatian utama investor, dengan debat presiden AS pertama antara Presiden Joe Biden dan pendahulunya Donald Trump yang dijadwalkan pada Kamis dan pemilu Prancis yang akan dimulai akhir pekan ini.
 
Euro, yang berada di bawah tekanan di tengah gejolak politik di Prancis setelah keputusan mendadak Presiden Emmanuel Macron pada pemilu awal bulan ini, terakhir naik 0,01 persen menjadi USD1,0734. Namun, mata uang tunggal tersebut diperkirakan mengalami kerugian bulanan sekitar satu persen, karena gejolak politik.
 
"Pemilu Prancis akan dimulai pada 30 Juni, maka EUR akan terpengaruh oleh kekhawatiran politik. Jika situasi politik yang tidak stabil terus berlanjut, maka EUR akan semakin melemah terhadap USD," kata analis di Sumitomo Mitsui Banking Corporation dalam sebuah catatan.
 

Baca juga: Rupiah Menguat ke Rp16.380/USD
 

Yen terpukul

 
Sementara itu, yen Jepang yang terpukul melemah mendekati level 160 per dolar AS pada Selasa dan membuat para pedagang tetap waspada terhadap intervensi apa pun dari otoritas Jepang untuk menopang mata uang tersebut. Sementara greenback sedikit lebih tinggi di pasar yang lebih luas.
 
Dolar AS terakhir kali menguat 0,04 persen menjadi 159,64 yen, hanya sedikit menjauh dari level 160 yang mendorong intervensi mata uang sebesar 9,79 triliun yen (USD61,33 miliar) dari Tokyo pada akhir April dan awal Mei.
 
Ancaman intervensi lain membuat para pedagang ragu untuk menguji level resistensi utama, membuat yen diperdagangkan dalam kisaran yang ketat.
 
Penurunan yen terbaru terjadi setelah pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) pada periode Juni, di mana para pembuat kebijakan mengecewakan investor yang bertaruh pada pengurangan segera pembelian obligasi besar-besaran oleh BOJ.
 
Risalah pertemuan yang dikeluarkan pada Senin menunjukkan bank sentral memperdebatkan kemungkinan kenaikan suku bunga jangka pendek dan salah satu pembuat kebijakan menyerukan kenaikan suku bunga tanpa terlalu banyak penundaan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)