Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto:EFE-EPA
Moskow: Rusia sedang berupaya aktif untuk mencegah konflik antara Palestina dan Israel berkembang menjadi perang besar di Timur Tengah. Hal tersebut ditegaskan Presiden Vladimir Putin.
Berbicara dalam upacara penyambutan duta besar baru di Moskow, Putin menekankan bahwa perdamaian antara Israel dan Palestina hanya dapat tercapai melalui rekonsiliasi berdasarkan kerangka hukum internasional yang sudah ada.
“Kunci pemulihan perdamaian di kawasan ini adalah penerapan solusi dua negara, seperti yang diatur dalam resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB,” tegas Putin, dikutip dari Anadolu Agency, Rabu 6 November 2024.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah melanjutkan ofensif besar-besaran terhadap Gaza, yang menyebabkan hampir 43.400 orang tewas dan wilayah tersebut hampir tak layak huni.
Israel kini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di wilayah yang diblokade tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel juga meningkatkan serangannya terhadap kelompok Lebanon, Hezbollah, termasuk pengeboman dan serangan darat, yang memicu kekhawatiran akan konflik yang meluas.
Rusia terbuka negosiasi dengan Kyiv
Terkait konflik di Ukraina, yang mendekati tahun ketiga, Putin memuji upaya “tulus” para mitranya di BRICS—kelompok yang di dalamnya termasuk Brasil, India, Tiongkok, Afrika Selatan, dan beberapa negara lainnya—dalam mencari solusi damai.
Dia mengatakan Rusia tetap terbuka untuk negosiasi dan bahkan sempat mencapai kesepakatan bersama pada awal konflik pada Maret 2022, namun menurutnya Ukraina menolak kesepakatan itu “di bawah pengaruh eksternal.”
Putin juga mengkritik beberapa negara Barat atas upaya mereka memperpanjang konflik di Ukraina, menggambarkan pendekatan ini sebagai “jalur keliru” yang bertujuan memberi kekalahan strategis pada Moskow.
“Perhitungan ilusi seperti itu hanya dapat dibuat oleh mereka yang tidak mengenal atau tidak peduli dengan sejarah Rusia, mengabaikan persatuan, semangat, dan kohesi rakyat Rusia,” tambahnya.
Putin dukung kesepakatan damai Azerbaijan-Armenia
Terkait tetangga di Kaukasus Selatan, Armenia dan Azerbaijan, Putin menyatakan dukungan Rusia dalam memajukan perjanjian damai, penyelesaian penetapan batas wilayah, dan pembukaan kembali jalur ekonomi dan transportasi sesuai kesepakatan trilateral dari tahun 2020 hingga 2022.
Ia juga menyatakan puas bahwa pemimpin Azerbaijan dan Armenia memanfaatkan KTT BRICS bulan lalu di Rusia untuk berdialog secara konstruktif menuju perdamaian dan harmoni regional.
Hubungan antara kedua bekas republik Soviet ini tegang sejak 1991, saat militer Armenia menguasai wilayah Karabakh yang diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, dan tujuh wilayah lainnya yang berdekatan.
Sebagian besar wilayah tersebut berhasil dibebaskan oleh Azerbaijan dalam perang 44 hari pada musim gugur 2020, yang berakhir dengan kesepakatan damai yang dimediasi Rusia dan membuka pintu normalisasi dan demarkasi perbatasan mereka.
Pada September 2023, Azerbaijan menetapkan kedaulatan penuh di Karabakh setelah pasukan separatis di wilayah tersebut menyerah.
Kerja Sama Rusia dengan Barat
Berbicara kepada duta besar dari negara-negara Barat, Putin mencatat bahwa sejak perang di Ukraina dimulai, hubungan resmi, bisnis, dan publik menurun drastis, dan kerja sama internasional dalam isu-isu penting terhenti.
Namun, dia menegaskan kembali komitmen Rusia pada kerja sama yang saling menguntungkan dengan mengatakan: “Rusia selalu mengikuti logika kemitraan dan tidak mencari konfrontasi. Saya berharap pendekatan rasional dan seimbang terhadap kerja sama dengan Rusia akan kembali berlaku.”
Putin menyoroti sejarah panjang hubungan antara negara-negara Barat dan Rusia, yang ditandai dengan kemitraan bermanfaat, pertukaran budaya yang memperkaya, dan upaya bersama menangani isu-isu internasional yang mendesak.
Dalam upacara tersebut, Putin menerima surat kepercayaan dari 28 duta besar baru dari negara-negara asing di Istana Kremlin.
(Muhammad Reyhansyah)