Transaksi Harbolnas Tak Capai Target, Jadi Indikator Daya Beli Masyarakat Ambruk

Ilustrasi belanja online. Foto: Courtesy Insideretail.asia.

Transaksi Harbolnas Tak Capai Target, Jadi Indikator Daya Beli Masyarakat Ambruk

M Ilham Ramadhan Avisena • 30 December 2024 08:16

Jakarta: Jelang tutup tahun, pelemahan daya beli masyarakat kembali terkonfirmasi. Hal itu terlihat dari total transaksi dalam program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang berlangsung selama satu pekan di tengah Desember 2024.
 
Periode Harbolnas tahun ini dibuat lebih panjang dibanding Harbolnas di tahun-tahun sebelumnya. Mestinya aktivitas jual beli melalui lokapasar (e-commerce) membukukan nilai transaksi yang cukup besar.
 
Namun data pemerintah menunjukkan total nilai transaksi pada Harbolnas 2024 hanya mencapai Rp31,2 triliun. Nilai tersebut meningkat 21,4 persen dari Harbolnas tahun lalu sebesar Rp25,7 triliun yang hanya berlangsung selama tiga hari.
 
"Itu berarti (di Harbolnas 2024) sehari transaksi bisa Rp4,4 triliun Sedangkan tahun lalu, total transaksi Rp25 triliun selama 3 hari. Artinya, transaksi sehari bisa Rp8 triliun lebih. Secara transaksi ada penurunan tajam," kata Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda saat dihubungi, dikutip Senin, 30 Desember 2024.


(Ilustrasi. Foto: Freepik)
 
Adapun realisasi transaksi Harbolnas 2024 juga terbilang jauh dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni di angka Rp40 triliun. Periode yang lebih lama namun tak mendorong nilai transaksi, kata Huda, mengonfirmasi adanya pelemahan daya beli masyarakat.
 
Pelemahan itu pada akhirnya juga dapat mempengaruhi ke pergerakan lokapasar yang ada di Indonesia. "Beberapa data tersebut mengkonfirmasi ada pelemahan daya beli, yang ber-impact juga di e-commerce. Gaung Harbolnas tahun ini juga sangat minim. Bakar uang di Harbolnas tahun ini juga lebih sedikit karena dananya juga terbatas," jelas Huda.
 

Baca juga: Transaksi Harbolnas Tak Capai Target, Cuma Rp31,2 Triliun
 

Konsumen selektif dalam berbelanja

 
Sementara itu Periset dari Center of Economic and Reform (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan, nilai transaksi yang terbatas pada Harbolnas tahun ini tak semata disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Dia menilai ada faktor perubahan perilaku konsumen yang kian selektif dalam membelanjakan uangnya.
 
"Konsumen kini semakin selektif dalam berbelanja online, terutama di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Konsumen cenderung lebih berhati-hati dan fokus pada kebutuhan esensial dibanding impulsif mengikuti momentum diskon," kata Yusuf.
 
Selain itu, persaingan antarplatform e-commerce yang semakin ketat berkontribusi pada fragmentasi transaksi. Hal ini terjadi karena konsumen semakin cermat dalam membandingkan harga dan mencari penawaran terbaik di berbagai platform.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)