Sejumlah turis menggunakan payung di tengah cuaca panas di Bangkok, Thailand, 23 April 2024. (EPA)
Marcheilla Ariesta • 29 April 2024 15:31
Manila: Asia Selatan dan Tenggara menghadapi cuaca panas ekstrem belakangan ini. Pihak berwenang hampir di seluruh wilayah tersebut telah mengeluarkan peringatan kesehatan, dan sebagian masyarakat 'mengungsi' ke taman atau pusat perbelanjaan untuk mencari udara yang lebih sejuk.
Gelombang cuaca yang sangat panas melanda Asia Selatan dan Tenggara sejak sepekan terakhir, dengan suhu tertinggi mencapai 45 derajat Celcius. Kondisi ini memaksa ribuan sekolah meminta siswanya untuk tinggal di rumah.
Hari Minggu kemarin, Filipina mengumumkan penangguhan kelas tatap muka luar jaringan (luring/offline) di semua sekolah negeri selama dua hari. Keputusan ini diambil setelah hari yang sangat panas memecahkan rekor temperatur di ibu kota Manila.
Di Thailand, di mana setidaknya 30 orang telah meninggal akibat serangan panas sepanjang tahun 2024, departemen meteorologi memperingatkan adanya "kondisi buruk" setelah suhu di provinsi utara melebihi 44,1 derajat Celcius pada Sabtu lalu.
Sementara di Kamboja, Myanmar, Vietnam, India dan Bangladesh, badan prakiraan cuaca memperingatkan bahwa suhu udara bisa melebihi 40 derajat Celcius dalam beberapa hari mendatang. Masyarakat diminta mewaspadai suhu panas menyengat dan kelembaban yang menyesakkan pernapasan.
"Saya tidak berani keluar pada siang hari. Saya khawatir kita akan terkena sengatan panas," kata seorang kasir berusia 39 tahun di Yangon, Myanmar, yang bernama San Yin, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 29 April 2024.
Dia memilih pergi ke taman bersama suami dan putranya yang berusia empat tahun pada malam hari untuk menghindari suhu panas di apartemen mereka. "Ini adalah satu-satunya tempat yang bisa kami tinggali untuk menghindari panas di lingkungan kami," ucapnya.
Suhu global mencapai rekor tertinggi tahun lalu, dan badan cuaca serta iklim PBB pada hari Selasa pekan kemarin mengatakan bahwa Asia mengalami pemanasan dengan laju yang sangat tinggi.
Penelitian ilmiah yang ekstensif menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, sering, dan intens.
Baca juga: Panas Ekstrem, Sekolah Filipina Kembali Berlakukan Kelas Online