Minyak Dunia. Foto: Unsplash.
Texas: Minyak dunia masih bergerak stabil pada penutupan perdagangan kemarin (Sabtu WIB). Minyak dunia mulai stabil setelah risalah The Fed belum memastikan penurunan suku bunga.
Dikutip dari
Investing.com, Sabtu, 25 Mei 2024, Minyak dunia acuan West Texas Intermediate (WTI) untuk Juli 2024 naik 1,21 persen dengan berada pada level USD77,80 per barel. Kemudian minyak dunia acuan Brent untuk Juli 2024 naik 0,90 persen dengan berada pada level USD82,09 per barel.
Harga minyak dunia berhasil naik setelah telah menurun selama empat hari berturut-turut, didorong oleh keengganan Federal Reserve untuk berkomitmen terhadap penurunan suku bunga tahun ini serta lemahnya sentimen fisik di pasar yang menyebabkan penurunan harga WTI dan Brent ke level terendah yang tercatat pada tahun ini.
Meningkatnya permintaan bensin AS dan pertemuan OPEC+ bisa mendorong beberapa kenaikan harga minyak dunia pada minggu depan. Analis memprediksi minyak acuan Brent kemungkinan tak akan menembus kisaran USD80 hingga USD85 per barel dalam jangka pendek.
Kementerian Energi Rusia menyatakan mereka gagal sepenuhnya memenuhi target produksi OPEC+ dengan alasan kesulitan teknis dalam memangkas produksi di musim dingin, dan OPEC menetapkan tingkat produksi negara tersebut sebesar 9,29 juta barel/hari pada April.
Rencana Rusia untuk memindahkan perbatasannya di Laut Baltik dan serangan rudal baru dari Rusia ke Ukraina dapat mempengaruhi pasokan minyak mentah di pasar.
prospek penurunan suku bunga
Namun invostor fokus kepada aksi Bank Sentral AS (Fed), yang saat ini sedang mematikan segala harapan atau prospek penurunan suku bunga lebih awal, yang bisa mendorong permintaan minyak dunia.
Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY), yang memantau kinerja Dolar AS terhadap enam mata uang utama, telah melonjak kembali di atas 105,00 setelah angka awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) AS untuk Mei yang mencapai 50,9 atau diatas prediksi konsesus analis sebesar 50.
Dalam laporan PMI, komponen harga juga menunjukkan kenaikan, yang dapat tercermin dalam rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) yang sudah panas lagi, dan memberikan keuntungan ke DXY.