Perawat menangani seorang bayi prematur di sebuah rumah sakit di Gaza, 22 Oktober 2023. (AP Photo/Adel Hana)
Medcom • 23 October 2023 21:25
Gaza: Nasib sejumlah bayi di Jalur Gaza, terutama yang berada dalam kondisi prematur, berada dalam bahaya di tengah perang antara militer Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas. Inkubator tempat mereka bertahan hidup terancam mati jika bahan bakar yang dibutuhkan rumah sakit tak kunjung tersedia.
Seorang bayi prematur dengan tanda-tanda vital yang rapuh diletakkan di dalam inkubator kaca di bangsal neonatal Rumah Sakit al-Aqsa di Jalur Gaza bagian tengah. Bayi mungil itu terlihat menangis saat saluran infus menempel di tubuhnya.
Aliran listrik menjadi harapan keselamatan bayi itu. Sementara saat ini, rumah sakit di Gaza sedang mengalami krisis bahan bakar untuk mengisi generator.
Direktur Rumah Sakit Al-Aqsa, Iyad Abu Zahar, mengaku khawatir apabila generator berhenti menyala sedangkan bayi-bayi prematur masih memerlukan bantuan pernapasan.
"Tanggung jawab kami sangat besar," terang Abu Zahar, seperti dilansir dari Huff Post, Senin, 23 Oktober 2023.
Kecemasan juga dirasakan seluruh dokter yang merawat bayi prematur di wilayah Gaza. Sedikitnya 130 bayi prematur masuk kategori 'risiko besar' di enam unit neonatal. Menipisnya stok bahan bakar di Gaza disebabkan blokade Israel terhadap wilayah Palestina yang terkepung tersebut.
Sebanyak 50.000 ibu hamil di Gaza mengalami kesulitan akses layanan kesehatan penting, dan sekitar 5.500 akan melahirkan bulan depan.
Tujuh dari 30 rumah sakit terpaksa ditutup akibat serangan brutal Israel. Selain bahan bakar, Gaza juga mengalami krisis listrik dan air bersih.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa mereka masih memiliki bahan bakar yang cukup untuk kebutuhan kritis selama tiga hari.
"Dunia tidak bisa hanya melihat bayi-bayi ini terbunuh akibat pengepungan di Gaza. Kegagalan untuk bertindak berarti menghukum mati bayi-bayi ini," tutur Kepala Eksekutif Kelompok Bantuan Medis untuk Palestina, Melanie Ward.