Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah ancam Israel. Foto: EPA-EFE
Medcom • 18 July 2024 17:05
Beirut: Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, memperingatkan bahwa kelompoknya akan menyerang target baru di Israel jika lebih banyak warga sipil di Lebanon terbunuh akibat serangan Israel. Pernyataan ini disampaikan di tengah baku tembak harian antara Hizbullah dan pasukan Israel yang dimulai sejak 7 Oktober sebagai dukungan Hizbullah terhadap Hamas di Palestina.
"Jika musuh terus menargetkan warga sipil seperti yang telah dilakukan dalam beberapa hari terakhir, maka hal ini akan mendorong kami untuk menargetkan daerah-daerah yang belum pernah kami targetkan hingga saat ini,” ujar Nasrallah pada hari Rabu, dilansir dari TRT World, Kamis 18 Juli 2024.
Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa serangan Israel di selatan Lebanon telah menewaskan lima orang, termasuk tiga anak Suriah. Sebagai balasan, Hizbullah meluncurkan roket Katyusha ke Israel utara.
UNICEF menggambarkan pembunuhan anak-anak tersebut sebagai "mengerikan," dengan laporan bahwa anak-anak tersebut sedang bermain di depan rumah saat serangan terjadi. Nasrallah memperingatkan Israel bahwa setiap invasi ke Lebanon akan meninggalkan Israel tanpa tank jika konflik besar meletus.
Militer Israel mengonfirmasi pada bulan lalu bahwa rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi. Nasrallah juga berjanji untuk membantu ribuan warga Lebanon yang rumahnya telah dihancurkan oleh tembakan lintas batas.
"Kami meyakinkan warga yang rumahnya telah dihancurkan seluruhnya atau sebagian, bahwa kami akan bekerja sama dengan Anda, bergandengan tangan kami akan membangun kembali rumah kita," tambah Nasrallah.
Sejak Oktober, kekerasan lintas batas telah menewaskan 511 orang di Lebanon, sebagian besar pejuang, tetapi juga termasuk setidaknya 104 warga sipil, menurut penghitungan AFP. Di pihak Israel, 17 tentara dan 13 warga sipil telah terbunuh, menurut pihak berwenang.
Kekerasan yang sebagian besar terbatas di daerah perbatasan ini telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik habis-habisan antara kedua pihak, yang terakhir kali berperang pada musim panas 2006.
(Shofiy Nabilah)