Harga emas dunia. Foto: Unsplash.
Jakarta: Emas dunia naik pada pembukaan perdagangan hari ini. Emas dunia didorong turunya yield imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Investing.com, emas dunia acuan XAU/USD naik 0,10 persen dengan berada pada level USD2.022 per ons pada pembukaan perdagangan Jumat, 26 Januari 2024. Emas dunia naik 4,09 persen dalam setahun.
Emas naik ditopang turunya yield imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun yang menjadi acuan turun hampir 5 basis poin menjadi 4,13 persen.
Sedangkan imbal hasil obligasi Treasury 2 tahun turun lebih dari 6 basis poin menjadi 4,314 persen. Imbal hasil bergerak berbanding terbalik dengan harga dan basis poin sama dengan 0,01 persen.
PDB ekonomi AS yang mengukur semua barang dan jasa, meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,3 persen pada kuartal keempat tahun 2023. Angka tersebut naik dibandingkan dengan perkiraan konsensus Wall Street yang memperkirakan kenaikan sebesar 2 persen.
Sedangkan Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim tunjangan pengangguran awal AS naik 25.000 klaim menjadi 214.000 klaim dalam pekan yang berakhir 20 Januari, level tertinggi dalam sebulan. Para ekonom sebelumnya memperkirakan klaim akan meningkat menjadi 200.000 klaim.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga utama tidak berubah di level tertinggi dalam dua dekade sejarah zona euro.
Harga emas cenderung naik
Analisis Deu Calion Futures (DCFX)Andrew Fischer menyampaikan, harga emas pagi ini cenderung mengalami kenaikan setelah sempat menyentuh kisaran USD2035 per ons.
Fischer menyoroti pelemahan USD yang telah terjadi, memberikan dasar bagi potensi penurunan yang cukup tinggi terhadap mata uang tersebut.
Ini sejalan dengan prediksi bahwa harga emas masih akan naik karena dianggap sebagai safe haven. Selain itu, kekhawatiran terkait konflik di Timur Tengah juga menjadi faktor pendorong bagi investor untuk beralih ke emas.
"Secara trend, masih ada potensi kenaikan harga emas. Perbandingan dengan harga terendah di kisaran USD2002 per ons hingga USD2005 per ons menunjukkan bahwa belum ada penurunan lebih lanjut, memberikan peluang untuk kenaikan lebih lanjut," jelas dia.