Logo Hari Kebangkitan Nasional. (Dok. Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia)
Jakarta: Sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia tidak lepas dari peran para pelajar STOVIA yang menggagas berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada awal abad ke-20. Lahir dari keresahan atas nasib bangsa yang dijajah, organisasi ini menjadi simbol awal pergerakan nasional yang bertumpu pada pendidikan dan kesadaran kolektif anak muda.
Boedi Oetomo berdiri pada 20 Mei 1908, sebuah momen yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Di balik terbentuknya organisasi ini, terdapat dinamika internal kampus STOVIA, termasuk kekhawatiran dosen-dosen Belanda terhadap gerakan mahasiswa yang dianggap radikal. Namun, sikap terbuka Direktur STOVIA saat itu, Dr. HF Roll, menjadi kunci Boedi Oetomo tetap bertumbuh dan melangsungkan kongres pertamanya.
Gerakan ini dimulai dari inspirasi seorang tokoh medis, Dr. Wahidin Soedirohoesodo, yang prihatin dengan kesenjangan akses pendidikan. Ia keliling Jawa membawa gagasan pentingnya pendidikan bagi kaum pribumi. Ide itu diterima dan disambut antusias oleh mahasiswa STOVIA seperti R Soetoemo, yang kemudian menjadi Ketua pertama Boedi Oetomo.
Berikut lima fakta penting seputar awal mula berdirinya Boedi Oetomo dan peran mahasiswa STOVIA dalam merintis Kebangkitan Nasional:
1. Lahir dari Kegelisahan Mahasiswa STOVIA atas Nasib Bangsa
Awal berdirinya Boedi Oetomo dipicu oleh keprihatinan mahasiswa STOVIA terhadap kondisi penjajahan Belanda. Mereka menyadari pentingnya bergerak secara kolektif untuk memajukan bangsa melalui pendidikan. Organisasi mahasiswa ini awalnya memicu kekhawatiran para dosen Belanda.
Namun, kekhawatiran tersebut ditepis oleh Direktur STOVIA, Dr. HF Roll, dalam rapat dosen yang membahas kemungkinan pengeluaran R Soetoemo dan rekan-rekannya dari sekolah.
“Bukankah di antara tuan-tuan yang hadir di sini banyak yang lebih merah (berani) daripada Soetoemo, di mana tuan-tuan sewaktu tuan-tuan berumur 18 tahun di masa sekolah dulu?” kata Roll membela seperti dikutip situs resmi Kemendikbud, Selasa, 20 Mei 2025.
Baca juga:
Tema dan Arti Logo Hari Kebangkitan Nasional 2025
2. Peran Dr. HF Roll dalam Menjaga Ruang Gerak Mahasiswa
Keputusan untuk tidak mengeluarkan para mahasiswa yang aktif dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh pandangan terbuka Dr. Roll. Ia meyakinkan para dosen bahwa semangat kritis mahasiswa adalah bagian dari proses pendidikan, bukan ancaman.
Selain itu, pertimbangan praktis juga muncul: jika mahasiswa dikeluarkan, akan terjadi kekurangan tenaga dokter. Selama ini, lulusan STOVIA menjadi andalan dalam penanganan wabah penyakit di berbagai wilayah karena dokter Belanda enggan ditugaskan ke daerah.
Langkah Roll inilah yang memungkinkan Boedi Oetomo tetap bertumbuh hingga menyelenggarakan kongres pertamanya di Yogyakarta pada Oktober 1908.
3. Inspirasi Boedi Oetomo Bermula dari Sosok Dr. Wahidin
Dr. Wahidin Soedirohoesodo, lulusan Sekolah Dokter Jawa, berperan penting dalam menyemai ide pendirian organisasi Boedi Oetomo. Ia prihatin dengan sulitnya akses pendidikan bagi masyarakat miskin, sehingga menggagas pendirian Studiefonds (pengelolaan beasiswa) untuk membantu anak-anak muda pribumi.
Dalam perjalanannya berkeliling Jawa, Dr. Wahidin singgah di STOVIA dan memberikan wejangan mengenai pentingnya pendidikan sebagai alat pembebas dari keterbelakangan. Pesan tersebut menggugah hati R Soetoemo dan Mas Soeraji.
Dari pertemuan itulah, ide mendirikan organisasi untuk memperjuangkan cita-cita pendidikan dan kebangsaan mulai dirumuskan.
4. Didirikan Secara Resmi pada 20 Mei 1908
Organisasi Boedi Oetomo resmi berdiri pada 20 Mei 1908 dalam sebuah pertemuan di ruang kelas anatomi STOVIA. Inilah yang kemudian menjadi titik awal Kebangkitan Nasional Indonesia. Susunan pengurus saat itu dipimpin oleh R Soetoemo sebagai Ketua, M Soelaiman sebagai Wakil Ketua, serta Soewarno dan M Goenawan Mangoenkoesoemo sebagai Sekretaris.
Boedi Oetomo menjadi organisasi modern pertama yang berlandaskan pada ide-ide kebangsaan, bukan semata-mata identitas suku atau agama. Fokus utama mereka adalah pendidikan, kebudayaan, dan persatuan.
5. Pendidikan Sebagai Landasan Pergerakan Nasional
Semangat awal Boedi Oetomo menegaskan bahwa pendidikan adalah fondasi utama bagi kebangkitan bangsa. Para tokohnya berasal dari kalangan terdidik, dan mereka percaya bahwa kemajuan hanya bisa dicapai melalui peningkatan kapasitas manusia.
Keberadaan organisasi ini juga memengaruhi lahirnya berbagai organisasi pergerakan lain yang lebih luas spektrum perjuangannya. Meski Boedi Oetomo bersifat non-politis pada awalnya, pengaruhnya sangat besar terhadap kesadaran nasional generasi selanjutnya.
Kisah Boedi Oetomo adalah cermin dari bagaimana gerakan mahasiswa, pemikiran kritis, dan keberanian untuk berpikir berbeda bisa menjadi titik tolak perubahan besar bagi sebuah bangsa. Seabad lebih setelah kelahirannya, nilai-nilai tersebut tetap relevan dalam menumbuhkan semangat kolektif menuju Indonesia yang lebih adil dan maju.