Wamenlu Korut Berbicara di PBB, Tegaskan Kelanjutan Program Nuklir Pyongyang

Wakil Menteri Luar Negeri Kim Son-gyong di Sidang Majelis Umum PBB di New York, AS, 29 September 2025. (UN Photo)

Wamenlu Korut Berbicara di PBB, Tegaskan Kelanjutan Program Nuklir Pyongyang

Willy Haryono • 30 September 2025 13:44

New York: Korea Utara menegaskan tidak akan pernah menghentikan program nuklirnya, tegas Wakil Menteri Luar Negeri Kim Son-gyong dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat pada Senin, 29 September. Ia menyebut desakan denuklirisasi sama dengan menuntut Korea Utara menyerahkan kedaulatan dan hak untuk hidup.

Kim Son-gyong merupakan pejabat pertama Korea Utara yang kembali menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum PBB sejak 2018.

Mengutip dari The Straits Times, Selasa, 30 September 2025, Kim menyatakan desakan denuklirisasi merupakan bentuk pelanggaran terhadap konstitusi Korea Utara. Ia menegaskan Pyongyang tidak akan mengorbankan kedaulatan maupun meninggalkan hak hidup.

Menurut Kim, penguatan kemampuan nuklir diperlukan sebagai penyeimbang ancaman dari Amerika Serikat dan sekutunya sekaligus menahan provokasi perang di Semenanjung Korea.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebelumnya menyatakan keinginan bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada 2025. Namun, sejak Trump menjabat awal tahun ini, Kim Jong-un menolak ajakan untuk menghidupkan kembali diplomasi langsung seperti yang pernah dilakukan pada 2017–2021, yang gagal menghasilkan kesepakatan penghentian program nuklir.

Pekan lalu, Kim Jong-un sempat menyebut tidak menutup pintu pembicaraan dengan Washington apabila syarat penghentian program nuklir dicabut. Namun, ia menegaskan tidak akan menyerahkan senjata nuklir hanya demi pencabutan sanksi.

“Kami tidak akan pernah meninggalkan nuklir di bawah kondisi apa pun,” ucap Kim Son-gyong dalam pidatonya di Sidang Umum PBB.

Korea Utara sudah berada di bawah sanksi Dewan Keamanan PBB sejak 2006. Meski hukuman itu terus diperketat, Rusia dan Tiongkok kini mendorong pelonggaran sebagian sanksi dengan alasan kemanusiaan dan membuka ruang negosiasi.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina, hubungan militer dan diplomatik Moskow–Pyongyang semakin erat, bahkan Rusia dilaporkan melibatkan pasukan Korea Utara dalam konflik Ukraina. (Keysa Qanita)

Baca juga:  Korsel Sebut Korea Utara Miliki hingga 2.000 Kg Uranium Tingkat Tinggi

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)