Pemerintah Desa Kawengen, Kabupaten Semarang melaksanakan swadaya pengasapan untuk membasmi nyamuk DBD yang kian meningkat. Dokumentasi/ Media Indonesia
Semarang: Jumlah kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Jawa Tengah telah mencapai 6.226 kasus dengan 54 orang di antaranya meninggal. Kora Semarang menjadi daerah tertinggi kasus DBD yakni mencapai 3.016.
Musim pancaroba dari penghujan ke kemarau dikhawatirkan kasus DBD di Jawa Tengah akan kembali meningkat meskipun dibandingkan dengan tahun sebelumnya mencapai 17.636 kasus menurun.
"Tahun ini, pemerintah daerah bersama masyarakat diminta lebih aktif melakukan pencegahan," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Irma Makiah, dalam keterangan pers, Rabu, 23 Juli 2025.
Mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus DBD di sejumlah daerah tersebut, gerakan Satu Rumah Satu Jumantik dan program 3M Plus kembali digalakkan kembali dengan pengaktifan kelompok kerja DBD.
Irma menjelaskan berdasarkan data kasus DBD di Jawa Tengah, secara umum kasus menurun dibandingkan tahun lalu mencapai 17.636 kasus, karena hingga akhir Juni lalu jumlah kasus baru mencapai 6.226 kasus dengan 54 orang diantaranya meninggal, kasus itu sendiri didominasi anak-anak berusia 5-14 tahun.
Ribuan kasus DBD tersebar di 35 daerah itu, ungkap Irma Makiah, kasus tertinggi ada di Kota Semarang dengan 3.016 kasus, kemudian disusul Kabupaten Tegal tercatat 2.449 kasus, Kabupaten Pati 2.216 kasus, Kabupaten Jepara 1.936 kasus dan Kabupaten Demak 1.900 kasus.
Jumlah kasus yang cukup tinggi di sejumlah daerah itu, menurut Irma Makiah, bukan karena lemahnya penanganan, tetapi menunjukkan sistem pelaporan yang sangat baik dan cepat dari puskesmas hingga rumah sakit sehingga kasus demam segera dapat ditangani dengan cepat dan memperkecil korban meninggal.
"Penurunan kasus DBD di Jawa Tengah tahun ini, tidak terlepas dari masifnya upaya promotif dan preventif yang dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat," ungkapnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, mengatakan salah satu strategi yang dinilai efektif dalam pengendalian kasus DBD adalah penerapan teknologi Wolbachia yakni memanfaatkan bakteri wolbachia untuk menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Menurut Abdul Hakam empat kecamatan sudah dilakukan evaluasi yakni Kecamatan Banyumanik, Tembalang, Ngaliyan dan Gunungpati mengalami penurunan signifikan, sehingga diharapkan teknologi Wolbachia ini dapat menjangkau lebih banyak wilayah agar kasus DBD terus menurun.
"Kita tetap engimbau masyarakat untuk tetap waspada, mengingat musim kemarau tahun ini masih diselingi hujan yang memperbesar potensi genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti," ujarnya.