Bisa Pangkas Emisi Karbon, Teknologi CCU Jadi Angin Segar Industri Hijau di Indonesia

Direktur Utama Petrokimia Gresik Daconi Khotob (kanan) bersama mantan Menperin Saleh Husin. Foto: dok Istimewa.

Bisa Pangkas Emisi Karbon, Teknologi CCU Jadi Angin Segar Industri Hijau di Indonesia

Husen Miftahudin • 23 August 2025 12:27

Jakarta: Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon dan mengubahnya untuk produk bernilai tambah. Saat ini Kemenperin melaksanakan pilot project CCU berbasis hidrometalurgi di Petrokimia Gresik.

"Teknologi ini bukan hanya mendukung target NZE (Net Zero Emission), tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi," ungkap Agus Gumiwang dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 23 Agustus 2025.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Daconi Khotob menyampaikan, pilot project dekarbonisasi dengan teknologi CCU bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membawa 'angin segar' bagi industri berkelanjutan di Indonesia. Pasalnya, langkah tersebut tidak hanya mampu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menghasilkan bahan baku untuk kemajuan industri nasional. 

Daconi menjelaskan pilot project CCU di Petrokimia Gresik telah berjalan selama kurang lebih satu bulan. Fasilitas ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dan menghasilkan produk samping berupa soda ash dan baking soda. Produk ini sangat strategis karena kebutuhan dalam negeri, seperti untuk industri kaca dan deterjen, mencapai lebih dari satu juta ton per tahun dan selama ini seluruhnya masih dipenuhi dari impor.

"CO2 yang merupakan emisi karbon bisa diubah menjadi produk yang dibutuhkan oleh industri. Tapi, PR (Pekerjaan Rumah) kami sekarang adalah bagaimana meningkatkan kapasitasnya hingga 50 ribu ton soda ash atau menyerap 20 ribu ton CO2 melalui pilot project ini. Jika proyek ini berhasil, potensinya sangat besar untuk dilakukan pengembangan skala lebih luas," jelas Daconi.

Ia menambahkan, sebagai produsen pupuk dan bahan kimia dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, Petrokimia Gresik tidak bisa lepas dari potensi emisi karbon. Tanpa upaya penurunan, emisi karbon yang dihasilkan dapat mencapai dua juta ton per tahun.

Hingga 2025, berbagai program dekarbonisasi yang telah dijalankan berhasil menurunkan sekitar 400 ribu ton CO2 ekuivalen, namun masih tersisa sekitar 1,6 juta ton CO2 ekuivalen yang perlu ditangani dengan teknologi rendah karbon seperti CCU.

"Karena itu diperlukan langkah-langkah inovatif dari perusahaan. Upaya ini sekaligus selaras dengan program Kementerian Perindustrian berupa sistem penangkapan karbon dengan teknologi CCU," terang Daconi.

Saat ini, tambahnya, Petrokimia Gresik telah mencanangkan peta jalan dekarbonisasi menuju Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030 dan NZE 2050 dengan berbagai program dan inisiatif. Sejauh ini program dekarbonisasi yang telah diimplementasikan diantaranya instalasi solar cell, efisiensi energi di pabrik ammonia, dan fuel switch pabrik NPK.
 

Baca juga: Indonesia Didorong Jadi Pusat Pengembangan Energi Terbarukan di Asia Tenggara


(Ilustrasi. Foto: dok Metrotvnews.com)
 

Emisi karbon bia dimanfaatkan menjadi bahan baku bernilai tambah


Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenperin Eko S.A. Cahyanto menegaskan pilot project CCU di Petrokimia Gresik membuktikan emisi karbon dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku bernilai tambah sekaligus mendukung substitusi impor.

"Melalui teknologi ini kita bisa memanfaatkan apa yang saat ini dianggap sampah, yaitu emisi karbon, menjadi bahan baku atau bahan lanjutan bernilai ekonomis bagi industri," sebut Eko.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan pemerintah saat ini mempercepat target NZE menjadi 10 tahun lebih cepat dari komitmen nasional dimana sebelumnya ditargetkan NZE 2060 menjadi NZE 2050. Untuk mengejar target tersebut, pilot project CCU menjadi langkah strategis.

"Tapi tidak mudah, dari beberapa perusahaan yang kami dekati, ada yang mundur karena khawatir proyek ini gagal. Alhamdulillah Petrokimia Gresik bersedia menjadi lokasi pilot project tersebut," ungkap dia.

Menurut Eko, pilot project CCU ini memiliki beberapa target, di antaranya menurunkan emisi karbon dari proses industri, menghasilkan produk samping bernilai ekonomis yang kini sudah berhasil dilakukan di Petrokimia Gresik, menguasai teknologi CCU, serta mendorong pengembangan mesin CCU di dalam negeri.

"Saat ini juga tengah dilakukan tahap penghitungan nilai ekonomis dari pengurangan karbon, sekaligus kajian pemanfaatan produk samping ini sebagai substitusi impor," jelas dia.

Diketahui, project CCU ini merupakan kerja sama Petrokimia Gresik bersama Kemenperin dan Uwin Resource Regeneration Inc. (UWIN). Adapun UWIN adalah perusahaan swasta manufaktur asal Taiwan yang memiliki teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon (Carbon Capture and Utilization).

Dalam kerja sama ini, UWIN menyediakan pilot project teknologi CCU, dan bertanggung jawab atas material yang digunakan atau dihasilkan dari teknologi tersebut. Petrokimia Gresik sendiri bertugas menyediakan lahan untuk pemasangan pilot project CCU. Selain itu juga melengkapi utilitas listrik, air bersih, dan sumber daya lainnya yang diperlukan selama proyek percontohan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)