Ilustrasi. Foto: dok MI/Sumaryanto.
Ade Hapsari Lestarini • 6 August 2025 18:00
Jakata: Perekonomian nasional pada kuartal II-2025 sedikitnya memberikan tiga sinyal penting yang membantah beragam kekhawatiran masyarakat. Ketiga indikator tersebut, yakni belanja masyarakat yang diperlihatkan melalui konsumsi rumah tangga, industri pengolahan, dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengumumkan perekonomian nasional yang ditunjukkan melalui Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 5,12 persen secara tahunan (year on year/yoy).
"Ada tiga hal yang menarik dari pengumuman BPS, sekaligus memberikan sinyal baik bagi perekonomian ke depan," ujar Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center, Christiantoko, Rabu, 6 Agustus 2025.
Pertama, kata dia, soal kinerja konsumsi masyarakat yang tumbuh 4,97 persen (yoy). Dibanding pertumbuhan kuartal I-2025 dan kuartal II-2024, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tampak semakin menguat. "Kinerja konsumsi masyarakat yang positif tersebut sekaligus menepis anggapan daya beli masyarakat sedang turun," kata Christiantoko.
Christiantoko menguraikan, penilaian tersebut juga dibuktikan melalui survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), seperti ditunjukkan melalui Indeks Penjualan Riil (IPR) yang masih ada di atas angka 200 (<100 = pesimis; >100= optimis). Bahkan untuk proyeksi Juni 2025, diperkirakan indeksnya sebesar 233,7, lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang sebesar 232,4.
Dia mengungkapkan, secara keseluruhan simpanan masyarakat di bank pada Mei 2025 seperti dicatat oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), juga mengalami pertumbuhan 4,02 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi Rp9.109 triliun. Pada Mei 2024, total nilainya sebesar Rp8.757 triliun. Secara parsial, simpanan dengan isi rekening rata-rata di bawah Rp100 juta per rekening, tumbuh 3,75 persen. Perkembangan ini, kata dia, mengisyaratkan masyarakat masih punya uang dan daya belinya tetap terjaga.
"Kemungkinan yang terjadi adalah pola belanja yang mengalami perubahan, sehingga memunculkan istilah Rojali atau rombongan jarang beli dan Rohana atau rombongan hanya nanya-nanya," papar dia.
Ilustrasi. Foto: dok Metrotvnews.com
Baca juga: Memilih Optimis di Tengah Keraguan |