Wamenlu Arrmanatha Nasir dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 21 Februari 2025. (Kemenlu RI)
Willy Haryono • 22 February 2025 21:34
Johannesburg: Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arrmanatha Nasir, menegaskan urgensi strategi kolektif negara-negara G20 dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Hal ini disampaikan dalam Sesi III G20 Foreign Ministers Meeting di Johannesburg, Afrika Selatan, Jumat, 21 Februari 2025, yang membahas tujuan jangka panjang G20 serta refleksi atas dua dekade perjalanan G20.
Wamenlu Arrmanatha atau akrab disapa Tata menekankan bahwa perekonomian dunia yang rapuh, meningkatnya bencana iklim, serta ketimpangan sosial yang semakin melebar membutuhkan langkah konkret dan terkoordinasi.
Dalam pidatonya, terdapat empat hal yang disoroti Indonesia:
Pertama, G20 membutuhkan strategi kolektif yang berkelanjutan dan berdampak nyata. “Tantangan global tidak bisa diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Kita memerlukan peta jalan konkret yang menempatkan kesejahteraan manusia, perlindungan lingkungan, dan kemakmuran bersama sebagai prioritas utama,” tegas Wamenlu Tata, dalam keterangan tertulis Kemenlu RI, Sabtu, 22 Februari 2025.
Selanjutnya, Wamenlu Tata mengangkat pentingnya memperkuat ketahanan terhadap krisis. Dunia menghadapi ancaman krisis multidimensi, dari perubahan iklim hingga gejolak ekonomi.
Untuk itu, Wamenlu Tata menyoroti perlunya sistem peringatan dini yang lebih kuat, investasi terhadap infrastruktur yang resilien, serta mekanisme pembiayaan berkelanjutan untuk negara-negara rentan bencana.
“Tidak boleh ada negara yang terpaksa memilih antara membayar utang atau memastikan perlindungan bagi rakyatnya,” ujar Wamenlu Tata.
Ia juga menyerukan mobilisasi pembiayaan untuk mempercepat transisi energi, termasuk melalui investasi public-private partnership. “Kita harus memastikan bahwa transisi energi tidak memperdalam kesenjangan global, tetapi justru menciptakan peluang pertumbuhan yang inklusif,” tutur Wamenlu Tata.
Terakhir, Wamenlu Tata mendorong agar G20 dapat menjadi platform aksi, bukan sekadar forum diskusi. G20 harus menjadi katalis perubahan dengan komitmen yang terukur dan transparan.