Kemarau Pendek Memiliki Keuntungan dan Kerugian Bagi Petani

Ilustrasi petani. Foto: Dok. Jasindo.

Kemarau Pendek Memiliki Keuntungan dan Kerugian Bagi Petani

Anggi Tondi Martaon • 21 June 2025 10:45

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut musim kemarau 2025 lebih pendek dari biasanya. Kondisi tersebut memiliki efek positif dan negatif bagi petani.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan, kemarau lebih pendek dinilai menguntungkan bagi petani padi. Sebab, curah hujan masih tinggi meski sudah memasuki musim kemarau.

"Karena pasokan air irigasi relatif tetap tersedia. Ini dapat mendukung kelangsungan masa tanam dan produksi pertanian," kata Dwikorita melalui keterangan tertulis, Sabtu, 21 Juni 2025.

Di sisi lain, peningkatan curah hujan di musim kemarau juga menimbulkan risiko terhadap pertanian hortikultura. Sebab, lebih sensitif terhadap kondisi kelembapan tinggi. 

Tanaman hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal itu disebabkan oleh kelembaban berlebih. 
 

Baca juga: 

BMKG Musim Kemarau 2025 Mundur dan Berdurasi Lebih Pendek


“Kami mendorong petani hortikultura untuk mengantisipasi kondisi ini dengan menyiapkan sistem drainase yang baik dan perlindungan tanaman yang memadai,” ujar Dwikorita.

Sebelumnya, BMKG menyampaikan baru sekitar 19 persen zona musim di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau bahwa hingga awal Juni 2025. Artinya, sebagian besar wilayah di Indonesia hingga saat ini masih berada dalam kategori musim hujan.

Kemunduran awal musim kemarau tahun ini disebabkan oleh kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya (Atas Normal) selama periode April-Mei 2025. Padahal, periode tersebut merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)