Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya dalam Forum 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth. Foto: Metrotvnews.com/Duta.
Ilham Pratama Putra • 16 October 2025 13:58
Jakarta: Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya menerangkan akar budaya mesti dimanfaatkan dan diubah sebagai produk yang memiliki nilai jual. Sehingga nantinya produk itu dapat bernilai ekspor.
Ia mencontohkan beberapa negara yang mengekspor produk berdasarkan akar budaya. Misalnya Amerika Serikat dengan filmnya.
"Produk film ini contok ekspor kreatif yang sebenarnya adalah akar budaya misal Amerika dengan Hollywood-nya, Jepang dengan anime-nya, Ini kreatifitas negaranya, akar budayanya," ujar Riefky dalam di forum bertajuk 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di JS Luwansa Hotel & Convention Center, Jakarta, Kamis, 16 Oktober 2025, di JS Luwansa, Kamis 16 Oktober 2025.
Untuk itu, Indonesia mesti bisa melakukan hal yang sama. Menurut dia, Indonesia memiliki banyak akar budaya yang bisa dieksplorasi.
"Dengan akar budaya nusantara ini kita mestinya menggali, supaya ada inovasi dan kreativitas di situ," ungkap Riefky.
Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa produk Indonesia yang siap bersaing secara global. Misalnya film animasi.
Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya dalam Forum 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth. Foto: Metrotvnews.com/Duta.
"Film animasi asli karya kita ya seperti film Jumbo, lagu, musik kita banyak yang viral di Malaysia, Filipina, Vietnam," ungkapnya.
Selain itu produk olahan susu seperti yogurt juga memiliki potensi. Begitu pula dengan Masakan Padang.
"Produk-produk ini yang kita lakukan pendampingan agar bisa dibuka dii luar negeri, kami berharap tahun depan Restoran Padang yang kita bida ini bisa buka di 2 sampaii 5 negara. Jadi memang banyak hal yang bisa kita kembangkan dari akar budaya kita," sebut Riefky.
Terkait pendampingan produk itu, pihaknya sudah memiliki program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (ASIK). Program ini diharapkan mampu menjawab tantangan ekspor Indonesia.
Pegiat ekonomi kreatif di Indonesia diharapkan memanfaatkan program ini. Agar masyarakat yang memiliki kriya, bisa memperluas pasarnya di tingkat global.
Apa itu program ASIK?
Program ASIK adalah inisiatif pemerintah untuk mempercepat ekspor produk ekonomi kreatif Indonesia, melalui proses kurasi, pelatihan ekspor, fasilitasi sertifikasi, business matching, dan pameran internasional. Open call dibuka secara nasional tapi bootcamp dilaksanakan di Jakarta (fesyen), Jogjakarta (fesyen, kriya, kuliner), Bali (kuliner).
Program tersebut bisa diikuti pelaku usaha kreatif subsektor
fesyen, kriya, dan kuliner yang sudah memiliki produk dan
brand aktif. Serta memiliki kesiapan dan komitmen untuk ekspor.
Lebih lanjut, Teuku menjelaskan kriya yang dimiliki pelaku usaha dapat diusulkan saat pendaftaran. Setelahnya pihak Ekraf yang akan menentukan produk mana yang akan mendapatkan pembinaan.
"Setelah pendaftaran itu kemudian dikurasi yang melibatkan akademisi dan praktisi. Kemudian ada bootcamp, setelah itu ada mentoring selama 2 bulan, setelah itu ada pitching lewat atase perdagangan ke berbagai negara, sehingga si calon eksportir ini paham situasi negara tujuan," jelas Teuku.
Tak sampai di situ, produk juga berpotensi untuk dipamerkan di berbagai kegiatan bertaraf internasional. Baik itu di dalam maupun luar negeri.
"Jadi ini semua kami lakukan pendampingan," ujar Teuku.