Prajurit Israel dalam sebuah operasi di Gaza. Foto: EFE
Gaza: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi tuan rumah saat militer Israel melancarkan operasi di Kota Gaza, tentang rencana pasca perang untuk wilayah Palestina yang hancur, pada hari Rabu 27 Agustus 2025.
Israel berada dibawah tekanan yang meningkat baik di dalam maupun luar negeri untuk mengakhiri operasinya yang hampir dua tahun di Gaza, tempat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan terjadinya kelaparan.
Para mediator telah menyebarkan proposal gencatan senjata yang telah diterima oleh kelompok pejuang Palestina, Hamas, yang serangannya pada Oktober 2023 memicu perang yang menghancurkan. Namun, Israel belum memberikan tanggapan Gaza.
Di lapangan, badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan dan tembakan Israel menewaskan sedikitnya 38 0rang pada hari Rabu, termasuk 16 orang di Kota Gaza.
Militer Israel, yang bersiap untuk menaklukkan Kota Gaza, mengatakan pasukannya beroperasi di pinggiran kota terbesar di wilayah itu “untuk menemukan dan membongkar lokasi infrastruktur terror.”
Kelompok bantuan telah memperingatkan agar tidak memperluas serangan Israel, juru bicara militer berbahasa Arab, Avichay Adraee, mengatakan di X bahwa Kota Gaza “tidak dapat dihindari.”
Hampir seluruh penduduk Jalur Gaza, yang jumlahnya lebih dari dua juta jiwa, telah mengalami pengungsian setidaknya sekali sejak pecahnya perang.
Di Jabalia, yang terletak di utara Kota Gaza, seorang warga bernama Hamad al-Karawi menuturkan bahwa ia meninggalkan rumahnya setelah menerima perintah evakuasi melalui pesan yang disiarkan oleh pesawat tak berawak.
"Kami berhamburan ke jalan tanpa tempat atau rumah untuk berlindung," ujar warga Hamad Al-Karawi kepada Agence France Presse (AFP).
“Kematian Mengikutimu”
Axios dan
BBC melaporkan bahwa mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, menghadiri pertemuan di Gedung Putih pada Rabu malam untuk membahas rencana penanganan Gaza setelah perang. Axios juga menyebutkan bahwa menantu Donald Trump, Jared Kushner, ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
Tidak ada detail yang diungkap dari pertemuan itu, meskipun sebelumnya utusan khusus Trump, Steve Witkoff, menyebutnya akan menjadi sebuah “pertemuan penting.”
"Ini adalah rencana yang sangat komprehensif yang sedang kami susun," ujar Steve Witkoff kepada
Fox News, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Donald Trump mengejutkan dunia awal tahun ini ketika menyarankan Amerika Serikat harus mengambil alih jalur Gaza, mengusir penduduknya dan membangunnya kembali sebagai Kawasan perumahan tepi laut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji proposal tersebut, yang memicu kecaman global.
Dalam wawancara, Steve Witkoff menuduh Hamas telah memperlambat proses negosiasi. Pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, menuduh Steve Witkoff menggemakan “Netanyahudan pemerintahannya yang merupakan penjahat perang”
Di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza pada hari Rabu, penduduk melaporkan pemboman besar-besaran Israel semalam.
"Beberapa tetangga telah melarikan diri. Tapi ke mana pun Anda melarikan diri, kematian mengikuti Anda," ujar Tala al-Khatib,29.
Warga Zeitoun, Abdel Hamid al-Sayfi, 62, mengatakan dia menghindari keluar rumah.
“Siapapun yang keluar akan ditembaki oleh pesawat tak berawak,” ujar Abdel Hamid al-Sayfi,62, kepada
Agence France Presse (AFP).
“Kelaparan Sebagai Senjata Perang”
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan lalu menyatakan bahwa Gaza menghadapi bencana kelaparan, menuding Israel melakukan “penghalangan sistematis” terhadap distribusi bantuan kemanusiaan.
Namun, pada Rabu, Israel meminta agar laporan dari pemantau kelaparan yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni Inisiatif Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), ditarik kembali dengan dalih bahwa temuan tersebut “tidak berdasar.”
Usai sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu, 14 anggota kecuali Amerika Serikat yang merupakan sekutu utama Israel mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan dukungan terhadap laporan Inisiatif Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC).
Dalam deklarasi itu ditegaskan, “Pemanfaatan kelaparan sebagai alat perang jelas dilarang menurut hukum humaniter internasional. Situasi kelaparan di Gaza harus segera dihentikan.”
Presiden Save the Children, Inger Ashing, menyampaikan kepada Dewan Keamanan bahwa “klinik-klinik milik lembaga kemanusiaan itu nyaris sunyi,” seraya menambahkan: “Saat ini, banyak anak tidak lagi memiliki tenaga untuk berbicara, bahkan untuk menangis kesakitan.”
Dari total 251 orang yang disandera dalam serangan Hamas pada 2023, masih ada 49 yang ditahan di Gaza, termasuk 27 orang yang menurut militer Israel telah meninggal.
Pekan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan telah memerintahkan dimulainya negosiasi segera untuk membebaskan seluruh tawanan yang tersisa, sambil tetap memperkuat rencana merebut Kota Gaza.
Sementara itu, mediator utama Qatar pada Selasa menyebut pihaknya masih “menunggu jawaban” dari Israel terkait proposal gencatan senjata terbaru. Rencana itu mencakup pembebasan sandera secara bertahap dengan imbalan pelepasan tahanan Palestina, selama gencatan senjata awal selama 60 hari.
Serangan Hamas yang memicu perang tersebut menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data
Agence France Presse (AFP) yang mengacu pada angka resmi Israel. Sebagai balasan, serangan Israel telah menyebabkan sedikitnya 62.895 korban jiwa di pihak Palestina, mayoritas warga sipil, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas dan dinilai dapat dipercaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
(Muhammad Fauzan)