Donald Trump menunjukan daftar negara-negara dengan besar tarif yang dikenakan. (EPA-EFE/KENT NISHIMURA / POOL)
Insi Nantika Jelita • 9 July 2025 11:17
Jakarta: Pasar global di luar ekspektasi merespons ancaman tarif terbaru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan cukup tenang.
Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengungkapkan sebagian besar indeks Asia ditutup menguat kemarin, dengan Nikkei Jepang naik 0,3 persen dan Hang Seng Hong Kong menguat 1,1 persen.
"Pasar tampak merasa tenang dengan sikap pemerintahan AS yang semakin fleksibel, menafsirkan langkah ini sebagai penundaan kembali terhadap tarif resiprokal yang sebelumnya dijadwalkan pada 9 Juli," ujar dia dalam keterangan resmi, Rabu, 9 Juli 2025.
Dalam negeri, indeks harga saham gabungan (IHSG) Indonesia juga naik tipis 0,1 persen ke level 6.904,4 pada penutupan perdagangan Selasa, 8 Juli 2025, meski arus keluar dana asing masih berlanjut dan mencapai total Rp980,92 miliar.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
IHSG mengindikasikan tren bullish
Rully mengatakan IHSG menunjukkan indikasi kekuatan
bullish jangka pendek, dengan sinyal teknikal yang positif.
Support pertama berada di 6,855.57, dan
support kedua di 6,808.96, yang akan menjadi area penting untuk menguji ketahanan harga jika terjadi koreksi.
"
Resistance pertama berada di 6,943.23, dan
resistance kedua di 6,984.28, yang menjadi level kunci untuk melanjutkan kenaikan," katanya.
Jika IHSG dapat menembus resistance pertama dan kedua, lanjutnya, ada peluang untuk melanjutkan tren naik jangka pendek. Namun, jika koreksi terjadi dan
support ditembus, potensi penurunan menuju level
support yang lebih rendah cukup besar.
Kekhawatiran soal tarif sudah diantisipasi
Rully berpandangan pasar pada umumnya telah mengantisipasi kemungkinan kesepakatan dagang dengan AS tidak akan tercapai sebelum tenggat waktu yang relatif singkat. Mengingat kompleksitas negosiasi, para investor memperkirakan kesepakatan akhir akan memerlukan waktu lebih lama untuk terwujud.
Perpanjangan tenggat waktu tarif oleh Presiden Trump, yang terbaru menggeser tanggal implementasi dari 9 Juli ke 1 Agustus semakin memperkuat keyakinan bahwa penundaan lebih lanjut atau kompromi di menit-menit akhir sangat mungkin terjadi.
Di satu sisi, data ekonomi AS yang solid, termasuk pertumbuhan lapangan kerja yang stabil dan inflasi yang rendah, turut membantu menjaga sentimen pasar di tengah ketegangan perdagangan yang masih berlangsung.