Ilustrasi. Foto Freepik
Achmad Zulfikar Fazli • 13 October 2025 14:54
Jakarta: Menjelang satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, pasar keuangan Indonesia dinilai memasuki fase baru yang ditandai dengan kebangkitan dan stabilitas. Eksekusi kebijakan yang pragmatis, ketertiban fiskal, dan optimisme investor berpadu, menempatkan Indonesia kembali sebagai tolok ukur keuangan kawasan.
Setelah sempat menyentuh titik terendah di level 5.967,99 pada 8 April 2025, dengan kapitalisasi pasar menyusut ke Rp10.270 triliun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini mencatatkan pemulihan luar biasa.
Indeks tersebut telah menembus 8.250, dan kapitalisasi pasar melesat 51,7% menjadi Rp15.588 triliun, menandakan kebangkitan ekonomi yang tangguh berlandaskan kehati-hatian fiskal, kesinambungan kebijakan, dan konsumsi domestik yang kuat. Permintaan agregat tetap solid, dan investor global kembali optimistis terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Titik balik terjadi ketika pemerintah menegaskan komitmennya terhadap stabilitas makroekonomi, disiplin nilai tukar, dan pengelolaan likuiditas yang hati-hati di tengah pengetatan moneter global. Langkah-langkah ini memulihkan sentimen investor, dengan partisipasi pasar meningkat hampir 19% seiring jumlah Single Investor Identification (SID) naik dari 15,16 juta menjadi 18,02 juta.
“Stabilitas pertumbuhan tetap kuat. Momentum kepercayaan investor yang pulih ini harus dijaga agar kinerja pasar keuangan—yang mencerminkan kekuatan emiten domestik besar, terus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Ekonom Global dari Juwai IQI Kuala Lumpur, Shan Saeed, dalam keterangannya, Senin, 13 Oktober 2025.
Dari perspektif global, ketahanan Indonesia tampak mencolok dibandingkan gejolak di negara-negara G7, yang masih menghadapi penyesuaian tarif, volatilitas arus modal, menurunnya kepercayaan investor, dan perbedaan kebijakan.
Kenaikan 25,13% year-to-date dalam kapitalisasi pasar didukung kinerja laba korporasi yang solid, menandakan arsitektur kebijakan Indonesia selaras dengan kepercayaan modal global—cerminan nyata dari tata kelola ekonomi yang kredibel dan kekuatan kelembagaan.
Baca Juga:
Faktor Global Ancam IHSG, Investor Diingatkan Jangan Ngoyo |