Pasukan Ukraina menembakkan artileri ke wilayah Rusia. (Anadolu Agency)
Moskow: Upaya gencatan senjata sementara yang diumumkan Presiden Vladimir Putin untuk meredakan konflik selama perayaan Paskah pada Minggu kemarin gagal dijalankan kedua belah pihak. Baik Rusia maupun Ukraina saling menyalahkan atas pelanggaran ratusan serangan, dan Kremlin menyatakan tidak ada perintah perpanjangan.
Presiden Putin memerintahkan penghentian seluruh aktivitas militer di sepanjang garis depan sejak tengah malam waktu Moskow hingga pukul 23.59. Namun, lima jam sebelum waktu tersebut berakhir, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tidak ada instruksi lanjutan mengenai perpanjangan gencatan senjata.
"Tidak ada perintah baru," ujar Peskov seperti dikutip kantor berita TASS.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan harapannya agar jeda kemanusiaan ini dapat diperpanjang, selaras dengan inisiatif perdamaian yang diusung Washington.
Ukraina Tuding Rusia hanya Berpura-Pura
Melansir dari Channel News Asia, Senin 21 April 2025, Presiden Ukraina
Volodymyr Zelensky menuduh Moskow hanya berpura-pura mematuhi gencatan senjata, padahal pada kenyataannya terus meluncurkan ratusan serangan artileri sepanjang malam hingga Minggu siang.
"Rusia melakukan 67 serangan sejak tengah malam hingga pukul 8 malam waktu setempat," tulis Zelensky melalui X.
Ia mempertanyakan apakah Presiden Putin benar-benar mengendalikan pasukannya, atau justru menggunakan momen gencatan senjata sebagai strategi pencitraan.
“Entah Putin kehilangan kendali atas tentaranya, atau ini membuktikan bahwa Rusia memang tidak pernah berniat menghentikan perang, melainkan hanya menginginkan publisitas yang menguntungkan,” tulis Zelenskyy.
Meski demikian, ia mencatat tidak ada sirene serangan udara sepanjang hari, dan menilai kondisi ini bisa menjadi pijakan awal untuk perpanjangan jeda tembak. Zelensky mengusulkan agar Rusia menghentikan penggunaan drone dan rudal terhadap sasaran sipil selama 30 hari ke depan.
Jika ditolak, menurutnya hal itu hanya akan membuktikan bahwa Moskow tetap bertekad melanjutkan kekerasan dan memperpanjang penderitaan.
Rusia Klaim Ukraina Langgar Lebih dari Seribu Kali
Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pasukan Ukraina melanggar gencatan senjata lebih dari 1.000 kali, menyebabkan korban sipil dan kerusakan infrastruktur. Militer Rusia melaporkan lebih dari 900 serangan drone Ukraina, termasuk terhadap wilayah Krimea serta perbatasan Bryansk, Kursk, dan Belgorod.
"Akibat serangan tersebut, terdapat korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil, serta kerusakan fasilitas sipil," kata pernyataan resmi kementerian.
Meski demikian, militer Ukraina menyebut aktivitas di garis depan sempat menurun pada Minggu pagi. Beberapa blogger militer Rusia juga menyatakan bahwa intensitas konflik menurun signifikan.
Reuters belum dapat memverifikasi klaim dari kedua pihak secara independen.
Prospek Perdamaian Masih Penuh Ketidakpastian
Kegagalan pelaksanaan gencatan senjata bahkan di hari raya Paskah memperlihatkan tantangan besar yang dihadapi Presiden AS Donald Trump dalam mengupayakan kesepakatan damai permanen. Meski demikian, Trump tetap menyatakan optimisme, dengan mengatakan bahwa kesepakatan mungkin tercapai “minggu ini”.
Trump dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio telah memperingatkan bahwa AS akan menghentikan upaya mediasi jika tidak ada tanda kemajuan yang jelas. Sebelumnya, Ukraina telah menerima proposal Trump untuk gencatan senjata 30 hari, sementara Rusia menyebut belum ada kesepakatan terkait mekanisme verifikasi.
Zelensky menegaskan bahwa Ukraina siap memperpanjang jeda serangan, namun akan tetap bertindak secara simetris jika Rusia terus menyerang.
"Angkatan bersenjata Ukraina akan bertindak dan terus bertindak secara setara," ujarnya.
Trump menyebut penghentian perang sebagai langkah awal untuk kerja sama ekonomi besar-besaran dengan AS. Ia menambahkan bahwa kesepakatan tersebut akan menghasilkan keuntungan besar bagi kedua negara.
Pejabat Ukraina mengungkapkan bahwa Kyiv dan Washington tengah menegosiasikan perjanjian kerja sama mineral yang diharapkan rampung pekan depan. Di sisi lain, AS mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap sektor energi Rusia jika Moskow sepakat menghentikan perang.
Namun, di lapangan, para prajurit Ukraina tak menunjukkan keyakinan terhadap adanya jeda tembak.
“Tidak ada tanda-tanda adanya gencatan senjata,” kata Dmytro, 24 tahun, dari Brigade Mekanis Terpisah Kholodnyi Yar ke-93.
Serhii, 22 tahun, dari unit yang sama, mengatakan bahwa pengumuman gencatan senjata hanya ditujukan untuk pencitraan.
"Mereka hanya ingin terlihat seolah-olah membuat konsesi. Tapi di medan tempur, tidak ada perubahan. Menurut saya ini adalah kebohongan seperti biasanya," katanya.
Putin sebelumnya menginstruksikan Jenderal Valery Gerasimov untuk siap melakukan respons penuh jika Ukraina melanggar jeda tembak.
Dukungan Internasional terhadap Upaya Damai
Putin menyampaikan pengumuman gencatan senjata sesaat sebelum menghadiri misa Paskah Ortodoks, dengan harapan jeda itu menjadi ujian atas kesediaan Ukraina menuju perdamaian.
Uni Eropa menyatakan bahwa Rusia bisa menghentikan perang kapan saja jika memiliki kemauan politik.
Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric menegaskan kembali dukungan terhadap solusi damai yang adil dan komprehensif, dengan tetap menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina.
Tahun ini, Paskah dirayakan bersamaan oleh gereja Ortodoks dan gereja Barat. Dalam sebuah video di media sosial, Zelensky, mengenakan pakaian tradisional bordir Ukraina, menyampaikan harapan bahwa perdamaian akan kembali menyapa tanah airnya.
“Kita tahu apa yang sedang kita pertahankan. Kita tahu apa yang sedang kita perjuangkan,” ucapnya di depan Katedral Saint Sophia di Kyiv. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Trump Berharap Rusia dan Ukraina Capai Kesepakatan Damai Pekan Ini