Ilustrasi emas. (Freepik)
Riza Aslam Khaeron • 16 April 2025 17:16
Jakarta: Harga emas batangan Antam kembali menunjukkan tren kenaikan signifikan. Melansir Logammulia.com pada Rabu, 16 April 2025, harga emas Antam dibanderol sebesar Rp1,916 juta per gram, naik Rp20 ribu dibandingkan hari sebelumnya. Di tengah kenaikan harga tersebut, investor dihadapkan pada pilihan klasik: investasi dalam bentuk emas fisik atau emas digital?
Kedua jenis emas ini sama-sama memiliki daya tarik, namun masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya. Melansir laman Tavex Bullion pada Rabu, 16 April 2025, perbandingan ini tidak hanya soal bentuk kepemilikan, tetapi juga mencakup aspek keamanan, likuiditas, kemudahan transaksi, biaya investasi, hingga preferensi gaya hidup dan teknologi.
Emas Fisik: Aset Nyata dengan Sejarah Panjang
Emas fisik telah menjadi penyimpan nilai sejak ribuan tahun lalu. Dalam bentuk batangan maupun koin, emas fisik memberikan rasa aman karena bisa disentuh dan disimpan langsung. Tavex menuliskan, "Keamanan Berwujud: Sifat fisik emas memberikan rasa aman yang nyata, memungkinkan Anda memegang langsung investasi Anda."
Keunggulan lain dari emas fisik adalah ketahanannya terhadap inflasi dan pelemahan mata uang.
“Emas memiliki rekam jejak yang terbukti dalam mempertahankan nilainya, terutama sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang,” tulis Tavex. Bahkan, menurut riset, harga emas bisa naik 2–3% untuk setiap 1% kenaikan inflasi, menunjukkan bahwa emas fisik sangat cocok sebagai pelindung kekayaan jangka panjang.
Jika terjadi sesuatu terhadap pemerintah negara yang menghambat penjualan emas, investor dapat membawa emas fisik mereka dan menjualnya di luar negeri. Sedangkan dengan digital, emas tersebut belum dicetak, yang tidak menjamin keselematan emas investor ketika pemerintah tersebut mengalami gangguan.
Namun, penyimpanan emas fisik membutuhkan perhatian khusus. Diperlukan brankas pribadi atau layanan deposit box bank, yang tentu menambah biaya tahunan. Selain itu, investor juga perlu mempertimbangkan asuransi terhadap risiko pencurian atau kerusakan.
Proses menjual emas fisik juga memerlukan waktu karena harus ada verifikasi keaslian dan kondisi fisik, terutama untuk transaksi dalam jumlah besar.
Emas Digital: Akses Mudah, Transaksi Cepat
Emas digital adalah bentuk kepemilikan emas yang didaftarkan secara digital dan dikelola oleh penyedia resmi. Biasanya, untuk setiap unit emas digital yang dibeli, penyedia menyimpan jumlah fisik setara dalam brankas dengan pengawasan ketat.
Keunggulan emas digital adalah kemudahan transaksi dan fleksibilitas investasi, tidak perlu mengantri.
"Emas digital menawarkan likuiditas yang lebih tinggi, memudahkan transaksi yang lebih cepat dan mudah tanpa perlu pertukaran fisik," tulis Tavex. Investor dapat membeli dalam nominal kecil, bahkan hanya Rp10.000, yang sangat cocok bagi pemula atau kaum milenial yang baru mulai berinvestasi.
Digitalisasi juga memungkinkan kepemilikan emas diakses 24/7 melalui aplikasi. Tavex mencatat bahwa sekitar 29% investor emas digital saat ini berasal dari kelompok usia milenial, meningkat dari 11% sebelum pandemi. Fitur transparansi melalui blockchain, kepemilikan fraksional, dan kecepatan transaksi menjadi nilai tambah utama emas digital.
Namun demikian, emas digital juga memiliki risiko yang tak boleh diabaikan. Investor tidak memiliki kendali langsung atas barang fisik, sehingga kepercayaan pada sistem dan platform digital menjadi mutlak. Risiko keamanan siber, gangguan sistem, atau kebangkrutan penyedia menjadi faktor penting yang harus dinilai sebelum memilih jenis investasi ini.
Mana yang Lebih Menguntungkan?
Pilihan antara emas digital dan emas fisik bergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan tingkat kenyamanan investor terhadap teknologi. Emas fisik cocok untuk mereka yang mengutamakan kepastian dan nilai jangka panjang, seperti pewarisan kekayaan. Sementara itu, emas digital ideal bagi investor modern yang menginginkan fleksibilitas, efisiensi, dan akses mudah.
“Baik emas fisik maupun digital bisa menjadi investasi yang bijak jika Anda ingin meningkatkan kekayaan dan melindungi diri dari inflasi,” tulis Tavex. Banyak investor kini bahkan mengombinasikan keduanya untuk memaksimalkan diversifikasi portofolio mereka.
Menurut World Gold Council, permintaan emas fisik global mencapai 4.741 ton pada tahun 2023, tertinggi sejak 2011. Di sisi lain, permintaan terhadap emas digital meningkat tajam karena kemudahan akses dan teknologi blockchain. Analis menyarankan agar 10–20?ri portofolio investasi dialokasikan dalam bentuk emas untuk perlindungan terhadap gejolak ekonomi, inflasi, dan fluktuasi mata uang.
Dengan harga emas yang terus meningkat dan ketidakpastian pasar global, mengenali perbedaan mendalam antara emas digital dan emas fisik menjadi kunci sukses investasi jangka panjang. Keduanya menawarkan jalur perlindungan nilai—dengan karakteristik dan risiko masing-masing.