Para pemimpin muda Muslim Australia yang berkunjung ke Indonesia. Foto: Metrotvnews.com
Muhammad Reyhansyah • 19 September 2025 17:29
Jakarta: Tujuh pemimpin muda Muslim Australia yang tergabung dalam Program Pertukaran Muslim Australia-Indonesia 2025 (AIMEP) melakukan kunjungan ke Indonesia pada 15–26 September.
Mereka akan berada di Jakarta dan Makassar untuk memperkuat hubungan antar masyarakat, menjalin persahabatan, serta mempromosikan pemahaman antarbudaya dan antaragama yang lebih dalam.
“Hubungan antar masyarakat merupakan inti dari hubungan Australia-Indonesia,” kata Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier.
“Program ini memberi kesempatan bagi pemimpin muda Australia dan Indonesia untuk bertemu dan melakukan dialog antaragama, mempromosikan pemahaman bersama, dan membangun hubungan yang berkelanjutan,” imbuh Dubes Brazier.
Delegasi Australia tahun ini terdiri dari berbagai latar belakang profesi dan organisasi. Mereka adalah Luke Gibson, aktivis buruh dan komunitas di Perth; Qudratullah Wahidi, pejabat di Australian Taxation Office sekaligus penggerak komunitas Afghanistan-Australia; Ridvan Kilic, staf parlemen di Victoria dan aktif dalam asosiasi Indonesia-Australia; Alaa Karrar, konsultan senior di National Australia Bank dan anggota AMWCHR; Anjum Kasmani, pendidik, konsultan, sekaligus produser podcast; Iman Balla, liaison officer pemerintah Victoria dan anggota Islamic Museum of Australia; serta Juliana Jamaluddin, dokter medis di Sydney yang aktif dalam organisasi komunitas multikultural. Mereka bergabung bersama 12 delegasi dari Indonesia.
Sebelum keberangkatan, seluruh peserta telah menjalani kursus daring selama lima minggu. Program ini kemudian dilanjutkan dengan kunjungan lintas negara selama sepuluh hari.
Di Jakarta, delegasi Australia bertemu dengan organisasi keagamaan terkemuka, pejabat pemerintah, alumni AIMEP Indonesia, serta mengunjungi pesantren dan sekolah Islam. Mereka juga berdialog dengan organisasi masyarakat sipil untuk membahas isu keagamaan dan sosial.
Selanjutnya, delegasi dijadwalkan berkunjung ke Makassar selama lima hari. Kegiatan mereka meliputi interaksi dengan pendidik dan siswa, bertemu organisasi non-pemerintah lokal, serta menggali hubungan historis antara Makassar dan suku Yolngu dari Australia Utara.
Program AIMEP didirikan pada 2002 oleh Pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Institute. Hingga kini, program tersebut konsisten menjadi jembatan bagi generasi muda pemimpin Muslim dari kedua negara untuk memperkuat diplomasi lintas budaya.