Warga Palestina mengantre untuk dapatkan makanan. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 17 July 2025 16:45
New York: Utusan Palestina untuk PBB, Majed Bamya, menggambarkan kehidupan di Gaza seperti "Russian roulette dengan peluru di hampir setiap ruang." Dalam sidang darurat Dewan Keamanan (DK) PBB pada Rabu, 16 Juli 2025, ia memperingatkan bahwa warga Gaza menghadapi pilihan hidup dan mati setiap hari.
"Lebih dari dua juta warga Palestina, setengahnya anak-anak, sudah lebih dari 650 hari hidup tanpa tahu apakah mereka akan selamat hari ini, atau bangun keesokan paginya," kata Bamya, seperti dikutip Anadolu, Kamis, 17 Juli 2025.
Ia menambahkan, dunia mulai terbiasa dengan penderitaan yang tak tertahankan.
Menurut Bamya, Israel memaksa warga Gaza memilih antara kematian atau pengungsian. "Itulah rencana sejak hari pertama. Israel ingin jalannya adalah keluar dari Gaza," ujar Bamya.
Ia menuduh Israel menyalahkan warga Palestina atas penindasan yang mereka alami. "Israel ingin dunia percaya bahwa kami memilih untuk pergi, memilih untuk diduduki, memilih untuk ditindas. Selalu salah kami," kata Bamya.
Bamya menekankan bahwa bantuan kemanusiaan harus didistribusikan secara luas dan merata di seluruh Gaza. "Itu bukan bahan negosiasi, bukan bagian dari debat politik," tegas Bamya.
Ia mencatat bahwa antara 90 hingga 130 warga Palestina tewas setiap hari hanya karena identitas mereka. Ia mengutuk tindakan Israel sebagai kejahatan terhadap warga sipil dan menyoroti kegagalan dunia dalam menegakkan hukum internasional.
"Apa jadinya dunia jika mereka yang membela hukum internasional dianggap bersalah, dan pelakunya tidak pernah dihukum? Di mana Israel bisa menjadi jaksa, hakim, dan algojo sekaligus," kata Bamya.
Menutup pernyataannya, Bamya menyerukan kepada dunia internasional untuk bertindak. "Selamatkan Gaza, atau kita semua binasa. Selamatkan Gaza, agar kita semua bisa diselamatkan olehnya," ujar Bamya.
(Muhammad Reyhansyah)