GPM di Studio Alam TVRI, Depok. Foto: Dokumentasi Badan Pangan Nasional.
Jakarta: Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus menggencarkan pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) secara masif di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kegiatan ini menjadi salah satu instrumen penting untuk menjaga keterjangkauan harga dan stabilitas pasokan pangan.
GPM merupakan instrumen stabilisasi pangan merupakan hasil kolaborasi lintas sektor yang solid berbagai unsur seperti pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota melalui Dinas Pangan, BUMN pangan seperti Bulog, ID Food, dan PTPN, serta para pelaku usaha di sektor pangan, termasuk asosiasi peternak, gapoktan, UMKM, dan pelaku distribusi lainnya.
"Kerja bersama ini menunjukkan nyata penyediaan pangan yang merata dan terjangkau adalah komitmen bersama. Bila kegiatan ini terus dilaksanakan secara masif, masyarakat akan semakin mudah mengakses bahan pangan sesuai kebutuhannya, dengan harga yang wajar dan kualitas yang terjamin," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dikutip dari siaran pers yang diterima, Minggu, 3 Agustus 2025.
Sejak awal Januari hingga 30 Juli 2025, total pelaksanaan GPM mencapai 4.692 kali, yang tersebar di 82 titik di pusat, 1.102 titik di provinsi, dan 3.508 titik di kabupaten/kota. Hal ini mencerminkan langkah konkret pemerintah dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan serta mendukung daya beli masyarakat.
Arief mengatakan, pelaksanaan GPM ini akan terus dimasifkan dengan menggandeng berbagai unsur dengan bertujuan agar stabilitas pangan nasional dapat terwujud secara kontinu.
Pelaksanaan GPM, lanjut Arief, juga sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan ketahanan pangan harus menyentuh langsung ke masyarakat dan harus tersedia dalam kualitas yang baik serta harga terjangkau.
"Kami berharap kolaborasi lintas sektor untuk gerakan pangan murah ini semakin kuat dan semakin masif di seluruh wilayah agar tujuannya adalah menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan" tegas Arief.
(Ilustrasi. Foto: dok MI/Andri Widiyanto)
Jadi instrumen pengendali inflasi
Sementara itu, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan NFA Rachmi Widirian mengatakan, GPM berfungsi memperpendek rantai pasok pangan, memungkinkan produsen seperti petani, peternak, dan UMKM menjual langsung ke konsumen akhir, sehingga harga bisa ditekan jauh di bawah harga pasar.
"Seperti disampaikan dari laporan berbagai titik yang melaksanakan GPM hari ini, karena rantai distribusinya pendek, maka harga di lapangan tidak jauh dari harga produksi di hulu. Ini penting agar masyarakat menerima harga terbaik sekaligus berkontribusi dalam pengendalian
inflasi," terang Rachmi.
"GPM ini kalau kita perhatikan kembali, ternyata tidak hanya sekadar bisa menyediakan pangan dengan harga yang terjangkau, tapi ini juga bisa menjadi ajang untuk promosi para produsen, baik itu petani, peternak, UMKM yang punya produk-produk unggulan mereka untuk disampaikan, dijual kepada masyarakat dengan harga jual yang menguntungkan," tambah dia.
Di sisi lain, manfaat kehadiran GPM nyata dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi. Seperti disampaikan Sri dan Mugiman, pasangan lansia yang berbelanja di lokasi GPM yang digelar di Studio Alam TVRI, Depok.
"Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat senang dengan harga-harga yang ditawarkan di GPM ini. Sangat terjangkau," tutur Bu Sri.
"Kegiatan seperti ini sangat membantu kami. Semoga bisa sering digelar, karena sangat bermanfaat, terutama untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti beras SPHP, sayur, dan lainnya," sambung Mugiman.
Adapun berdasarkan data Panel Harga Pangan per 1 Agustus 2025, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen untuk zona 1 sebesar Rp15.486 per kg, turun 11 poin dibandingkan sehari sebelumnya sebesar Rp15.497 per kg. Begitu juga dengan harga rata-rata beras medium turun 4 poin dari Rp13.937 per kg menjadi Rp13.933 per kg untuk periode yang sama.
Selain beras, cabai rawit juga tercatat turun 1.415 poin dari Rp55.512 per kg menjadi Rp54.097 per kg. Daging ayam turun 119 poin dari Rp35.384 per kg menjadi Rp35.265 per kg, telur ayam turun 28 poin dari Rp29.608 per kg menjadi Rp29.580 per kg.
Sedangkan untuk bawang merah naik 152 poin dari Rp51.836 per kg menjadi Rp51.988 per kg, dan cabai merah naik 84 poin dari Rp44.074 per kg menjadi Rp.44.158 per kg.