Warga yang mengungsi menghindar dari pertempuran militer Thailand dan Kamboja. Foto: The Bangkok Post
Bangkok: Pertempuran kembali pecah di perbatasan Thailand–Kamboja pada Kamis, 11 Desember 2025, hanya beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan melakukan panggilan telepon kepada para pemimpin kedua negara.
Bentrokan yang berlanjut sejak awal pekan ini telah menewaskan sedikitnya 15 orang, terdiri atas tentara Thailand dan warga sipil Kamboja. Lebih dari 500 ribu warga, mayoritas di Thailand, terpaksa mengungsi dari wilayah perbatasan yang kini menjadi medan tempur jet, tank, dan drone.
Perselisihan kedua negara berakar pada sengketa batas era kolonial sepanjang 800 km, termasuk klaim atas sejumlah kompleks candi bersejarah. Bentrokan terbaru ini menjadi yang paling mematikan sejak konflik lima hari pada Juli lalu yang menewaskan puluhan orang, sebelum gencatan senjata rapuh dicapai melalui intervensi Trump.
“Saya dijadwalkan berbicara dengan mereka besok,” ucap Trump kepada wartawan di Gedung Putih, seraya menegaskan rencana menuntut penghentian kekerasan.
Di Thailand bagian timur laut, ratusan keluarga yang dievakuasi bermalam di gedung universitas di Kota Surin yang kini disulap menjadi tempat penampungan. Warga memasak bersama, sementara sebagian lainnya menunggu kabar kapan dapat kembali ke rumah. Seorang petani, Rat (61), mengaku harus meninggalkan rumah sebelum menanam singkong musim ini.
“Saya hanya ingin pulang dan bertani lagi. Setiap kali pertempuran mulai, hidup terasa terhenti begitu saja,” ujarnya kepada
AFP, dikutip dari media
Channel News Asia, Kamis, 11 Desember 2025.
Di wilayah Oddar Meanchey, Kamboja, ledakan artileri terdengar sejak Rabu dini hari, 10 Desember 2025, berasal dari arah kompleks candi yang diperebutkan. Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand melancarkan serangan dengan menembakkan peluru ke area Candi Khnar.
Pihak Thailand merespons dengan memberlakukan jam malam di beberapa distrik Sa Kaeo dan melaporkan bahwa roket dari Kamboja jatuh di dekat Rumah Sakit Phanom Dong Rak di Provinsi Surin.
Lebih dari 101 ribu warga telah dievakuasi di Kamboja, sementara Thailand mencatat lebih dari 400 ribu orang mengungsi. Gencatan senjata yang sebelumnya ditengahi Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia pada Juli lalu kembali goyah setelah Thailand menangguhkan perjanjian lanjutan pada November.
UNESCO turut menyampaikan keprihatinan atas ancaman kerusakan situs budaya, khususnya di sekitar Candi Preah Vihear yang berstatus Warisan Dunia. Sengketa wilayah di sekitar candi berusia 900 tahun itu pernah memicu bentrokan pada 2008–2011 yang menewaskan puluhan orang dan memaksa puluhan ribu warga mengungsi.
(Keysa Qanita)