Ekonomi RI Ditaksir Naik Tipis 2026, Meski Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede. MetroTV/Ardhan Anugrah

Ekonomi RI Ditaksir Naik Tipis 2026, Meski Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Ardhan Anugrah • 4 December 2025 18:13

Jakarta: Chief Economist Permata Bank Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2026 masih resilien. Ekonomi Indonesia akan membaik tipis dibandingkan 2025 karena kondisi ketidakpastian global yang masih tinggi.

"Pertumbuhan ekonomi domestik kami perkirakan akan terus membaik di 2026 di kisaran 5,1 hingga 5,2 persen. Estimasi kami untuk tahun ini 5,0 hingga 5,1 persen," ucap Josua pada agenda PIER Economic Outlook 2026 di Jakarta, Kamis, 4 Desember 2025.
 



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Ketidakpastian global masih membayangi

Josua memandang, ekonomi global tahun depan masih diikuti oleh ketidakpastian tinggi dan akan mempengaruhi perekonomian Indonesia terutama dari jalur perdagangan dan jalur sektor keuangan. Perlambatan ekonomi negeri Tiongkok yang menjadi tujuan ekspor utama Indonesia, kemudian dampak dari risiko tarif resiprokal Amerika Serikat, serta gejolak di negara-negara Timur Tengah, ditambah lagi meningkatnya tensi geopolitik antara Tiongkok dan Jepang jadi beberapa faktor ketidakpastian yang dianggap akan memperlambat ekonomi nasional.

"Di kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi Tiongkok sudah di bawah lima persen. Sehingga memberikan risiko tambahan bagi kinerja ekonomi Indonesia," tambah Josua.

"Beberapa sektor industri cukup terkena dampak tarif resiprokal Amerika Serikat, industri manufaktur, tekstil, bahan maskapai, lalu produk elektronik. Ini akan cukup terpengaruh dengan adanya kebijakan tarif resiprokal. Belum lagi kita melihat ada risiko ketidakpastian geopolitik," tambah Josua.

Meski kondisi geopolitik global penuh dengan ketidakpastian, Josua menyebut pemerintah Indonesia coba mencari solusi melalui kebijakan fiskal yang lebih strategis dan pro terhadap pertumbuhan. Di antaranya seperti kebijakan penempatan dana pemerintah di Bank Himbara yang diprediksi akan berdampak positif pada likuiditas perbankan yang dapat menggerakkan industri. Defisit fiskal pada APBN 2026 diperkirakan sekitar Rp690 triliun sampai Rp700 triliun diperkirakan akan tetap terjaga dalam batas wajar.

Selain itu, harapan Bank Indonesia akan kembali menurunkan suku bunganya di kisaran empat persen hingga akhir 2026 juga menjadi beberapa faktor yang menjadi kondisi ekonomi Indonesia tetap resilien tahun depan meski kondisi geopolitik global tetap tinggi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Eko Nordiansyah)