Ilustrasi rupiah. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 13 July 2023 16:56
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami penguatan secara signifikan. Bahkan, mata uang Garuda tersebut pun kembali ke level Rp14 ribuan per USD.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 13 Juli 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp14.971 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 103 poin atau setara 0,68 persen dari posisi Rp15.075 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini berbanding terbalik dengan kondisi yang terjadi pada ekonomi global. Sebab ekonomi Tiongkok mengalami pelemahan.
"Namun, pelemahan ekonomi Tiongkok terhadap negara mitra dagang khususnya di Indonesia seharusnya tidak akan terlalu berdampak signifikan, dikarenakan porsi neraca dagang dalam ekonomi tidak terlalu signifikan," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Menurutnya, saat ini Indonesia hanya bisa mengandalkan pada konsumsi domestik, belanja pemerintah, dan Foreign Direct Investment (FDI) di kala kondisi global bermasalah. Termasuk ekonomi Tiongkok yang melambat.
Ekonomi Tiongkok belum tunjukkan tanda-tanda pemulihan
Sementara itu, lanjut Ibrahim, pelemahan ekonomi Tiongkok pascapandemi covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Sejak dibukanya lockdown di Tiongkok pada awal tahun, banyak negara termasuk Indonesia sebagai mitra dagang mengharapkan perekonomian Negeri Tirai Bambu ini segera pulih untuk mendorong pertumbuhan global.
"Namun, apa yang diharapkan tidak sesuai, justru kondisinya malah berkebalikan. Ekonomi Tiongkok hingga saat ini masih lesu, tercermin dari pelemahan mata uang Tiongkok (CNY) mengalami depresiasi sepanjang tahun ini. Selain itu, Indeks Purchasing Manager (PMI) manufaktur TIongkok pada Juni 2023 menjadi 50,5, melemah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9," paparnya.
Para ekonom banyak yang menganggap, perlambatan ekonomi Tiongkok memang berpotensi berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Apalagi keterkaitan ekonomi antara Indonesia dengan Tiongkok cukup kuat.
Estimasi sensitivitas pertumbuhan ekonomi Tiongkok terhadap perekonomian Indonesia sebesar 0,39 persen, yang berarti perlambatan ekonomi Tiongkok sebesar satu persen berpotensi memperlambat ekonomi Indonesia sebesar 0,39 persen.
"Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan mitra dagang lainnya, sebagai contoh Amerika Serikat," jelas Ibrahim.
Selain itu, diperkirakan perlambatan ekonomi Tiongkok juga akan menekan harga komoditas global, dan ini juga mempengaruhi ekonomi Indonesia yang masih cukup banyak mengandalkan komoditas, terutama batu bara dan CPO.
"Daerah-daerah penghasil komoditas kami perkirakan akan terdampak seperti di beberapa wilayah di Sumatra dan Kalimantan," terangnya.
Data inflasi AS lemah
Di sisi lain, dolar AS terus melemah lantaran data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan yang mendorong taruhan pada Federal Reserve menjadi kurang agresif. Sementara, tembaga didukung oleh prospek langkah-langkah stimulus lebih banyak di importir utama Tiongkok.
Meskipun pembacaan IHK lebih lemah, inflasi masih tetap di atas target tahunan Fed sebesar 2,0 persen. Hal ini kemungkinan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral dalam waktu dekat, dengan pasar secara luas memperkirakan kenaikan setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli.
Sejumlah pejabat Fed juga menandai lebih banyak kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, memperingatkan inflasi inti masih tetap tinggi, dan menimbulkan ancaman yang mengakar. Pembacaan IHK inti Juni lebih rendah dari yang diperkirakan, sebesar 4,8 persen, tetapi masih relatif tinggi, dan jauh di atas angka utama yang tumbuh 3,0 persen.
"The Fed awal tahun ini menandai tingkat puncak setidaknya 50 bps lebih dari 5,25 persen saat ini, meskipun data tenaga kerja yang lemah dan pembacaan CPI yang lemah mungkin melihat pergeseran dalam sikap ini selama pertemuan Juli," urai Ibrahim.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok depan akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.910 per USD hingga Rp15.010 per USD," tutup Ibrahim.