Israel Menanti ‘Balasan’ Usai Hantam Tempat Produksi Rudal Iran

PM Israel Benjamin Netanyahu menunggu balasan dari Iran. (EPA)

Israel Menanti ‘Balasan’ Usai Hantam Tempat Produksi Rudal Iran

Marcheilla Ariesta • 28 October 2024 08:57

Tel Aviv: Serangan udara Israel menghantam pertahanan dan produksi rudal Iran. Menurut Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, kerusakan akibat serangan Sabtu lalu itu tidak boleh dibesar-besarkan.

 

Dengan perang yang berkecamuk di Gaza dan Lebanon, konfrontasi langsung antara Israel dan Iran berisiko berubah menjadi pertikaian regional. Namun sehari setelah serangan udara, tidak ada tanda-tanda serangan itu akan memicu gelombang eskalasi lainnya.

 

Meski demikian, pertempuran sengit di Lebanon antara pasukan Israel dan Hizbullah yang didukung Iran, yang meningkat tajam selama beberapa minggu terakhir, dan berlanjut pada Minggu. Serangan udara Israel menewaskan delapan orang di sebuah blok perumahan di Sidon, kata petugas medis.

 

"Angkatan udara menyerang seluruh Iran. Kami menghantam keras kemampuan pertahanan Iran dan kemampuannya untuk memproduksi rudal yang ditujukan kepada kami," kata Netanyahu dalam sebuah pidato, dilansir dari Channel News Asia, Senin, 28 Oktober 2024.

 

Netanyahu menyebut serangan itu "tepat dan kuat" dan mengatakan serangan itu memenuhi semua tujuannya.

 

Iran belum memberi sinyal bagaimana mereka akan menanggapi serangan yang telah lama diantisipasi pada Sabtu. Serangan itu melibatkan sejumlah jet tempur yang mengebom target di dekat ibu kota Teheran dan di provinsi barat Ilam dan Khuzestan.

 

Musuh bebuyutan yang bersenjata lengkap tersebut telah terlibat dalam siklus gerakan balasan terhadap satu sama lain selama berbulan-bulan. Serangan hari Sabtu terjadi setelah rentetan rudal Iran pada 1 Oktober, yang menurut Israel, sebagian besarnya dijatuhkan oleh pertahanan udara mereka.

 

Khamenei mengatakan, perhitungan Israel "harus digagalkan". “Serangan terhadap Iran, yang menewaskan empat tentara dan menyebabkan beberapa kerusakan, tidak boleh diremehkan atau dibesar-besarkan", katanya.

 

Juru bicara parlemen Iran, Mohammad Baqer Qalibaf, mengatakan, Iran berhak untuk membela diri dan tanggapannya akan pasti, sesuai dengan persyaratan.

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyerukan penghentian eskalasi yang telah menimbulkan kekhawatiran akan perang Timur Tengah yang lebih luas. Situasi memanas berkelanjutan timbul dari konflik Israel-Hamas yang telah berlangsung selama setahun di Gaza dan dorongan Israel ke Lebanon selatan untuk menghentikan Hizbullah yang meroket ke Israel utara.

 

Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, Iran tidak lagi dapat menggunakan sekutunya Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon untuk melawan Israel. Kedua kelompok itu "tidak lagi menjadi alat yang efektif" bagi Teheran, katanya dalam sebuah pidato.

 

Gallant menambahkan, Hamas tidak lagi berfungsi sebagai jaringan militer di Gaza dan bahwa komando senior Hizbullah dan sebagian besar kemampuan rudalnya telah dihilangkan.

 

Hamas telah berulang kali mengatakan bahwa mereka masih dapat berfungsi secara militer, dan Israel baru-baru ini melakukan operasi baru yang besar di Gaza utara yang hancur terhadap apa yang disebutnya sebagai pengelompokan kembali militan Hamas.

 

Hizbullah mengatakan bahwa struktur komandonya tetap utuh dan bahwa mereka mempertahankan kemampuan rudal yang signifikan.

 

Baca juga: 2 Prajurit Iran Tewas dalam Serangan Balasan Israel

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)