Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri Restuardy Daud. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 12 September 2024 17:20
Jakarta: Indonesia menempati urutan keempat dengan persentase tertinggi untuk kelompok lanjut usia (lansia) yang bekerja, setelah Timor Leste, Vanuatu, dan Kepulauan Salomon. Pada kurun waktu 2017-2021, sebanyak 31 persen lansia perempuan dan 58 persen lansia laki-laki Indonesia bekerja.
Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri Restuardy Daud mengungkapkan peningkatan jumlah lansia sebenarnya dapat memberikan keuntungan berupa bonus demografi kedua. Yaitu, keadaan di mana proporsi penduduk usia tua semakin banyak, namun produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara.
“Hal ini tidak dapat kita hindari karena jumlah usia produktif saat ini berlimpah dan beberapa tahun yang akan datang kelompok usia produktif sekarang pun juga akan memasuki masa usia lanjut atau pensiun. Dengan mengambil beberapa contoh di Indonesia, ada beberapa tantangan bagi kita ke depan,” kata Restuardy pada acara 2024 Asia-Pacific Regional Conference on Population Ageing: Reframing Ageing di Bali, Kamis, 12 September 2024.
Tantangan pertama, kata Restuardy, aspek kesehatan. Pada 2023, lansia yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 41,49 persen, turun 95 persen daripada 2019. Begitu juga persentase kesakitan lansia 19,72 persen pada 2023, atau turun 6 persen ketimbang 2019.
Menurut dia, hal ini menandakan pembangunan kesehatan semakin baik, namun lansia penyandang disabilitas cenderung mengalami keluhan kesehatan yang memerlukan penanganan dan perhatian.
Restuardy menambahkan tantangan kedua dari aspek kemandirian fiskal. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, rasio ketergantungan lansia terus meningkat dari 15,2 persen di 2020 menjadi 17,1 persen di 2023. Hal ini menunjukkan kelompok usia produktif akan menanggung kelompok usia nonproduktif yang terus bertambah ke depan.
Restuardy mengatakan tingginya rasio ketergantungan lansia ini akan semakin diperparah apabila tidak diambil langkah atau tidak ada kesiapan finansial. Di sisi lain, persentase rumah tangga lansia yang memiliki jaminan sosial relatif terbatas.
“Tantangan yang ketiga adalah aspek ketenagakerjaan. Persentase lansia bekerja di Indonesia meningkat 64,5 persen dari 47,9 persen di 2014 menjadi 59,9 persen di tahun 2023. Akan tetapi persentase ini didominasi lansia dengan pendidikan dan rata-rata penghasilan yang relatif rendah. Hal ini menunjukkan ketersediaan lapangan kerja dan level pekerjaan menengah ke atas juga harus dibuka kesempatannya bagi lansia,” ungkap Restuardy.
Baca Juga:
Generasi Muda Juga Harus Paham Isu Ketahanan Energi |