Investasi. Foto: Unsplash.
New York: Meningkatnya popularitas taruhan olahraga secara legal telah disambut dengan keriuhan dari konsumen Amerika. Namun sebuah studi baru menemukan kenaikan tersebut terjadi karena mengorbankan investasi saham.
“Hasil kami menunjukkan bahwa akses terhadap taruhan olahraga online mengorbankan keterikatan pasar ekuitas dan memperburuk kesulitan keuangan yang dihadapi oleh rumah tangga yang memiliki keterbatasan,” tulis sekelompok lima peneliti akademis dikutip dari
Business Insider, Kamis, 22 Agustus 2024.
Bisnis taruhan olahraga mulai merebak di AS pada 2018. Sejauh ini sudah ada 38 negara federal yang melegalkannya. Dengan perjudian yang menjadi semudah mengunduh aplikasi, miliaran dolar telah dipertaruhkan.
Menurut data dari Sports Book Review jumlah total taruhan di AS mencapai USD1,1 miliar pada Januari 2019, angka ini melonjak menjadi USD14 miliar. Studi tersebut mengatakan rumah tangga AS bertaruh rata-rata USD1.100 per tahun, atau USD280 per kuartal atau jumlah yang terus bertambah sebesar USD25 per kuartal dari 2019.
Porsi investasi berkurang
Sementara itu, para peneliti menemukan investasi bersih biasanya turun hampir 14 persen dalam dua hingga tiga tahun setelah legalisasi terjadi di suatu negara bagian.
Lebih lanjut, studi tersebut mencatat rumah tangga yang memiliki keterbatasan finansial cenderung menyumbangkan sebagian besar pendapatan mereka untuk perjudian olahraga.
“Rumah tangga ini, yang sudah berada dalam kondisi keuangan yang relatif buruk, lebih cenderung mengalihkan dana dari portofolio investasi mereka ke aktivitas taruhan. Mengingat taruhan olahraga memiliki nilai ekspektasi negatif, temuan ini menggarisbawahi potensi legalisasi taruhan olahraga memperburuk kerentanan dan kesulitan finansial.” tegas peneliti tersebut.
Makalah kerja terpisah baru-baru ini mencapai kesimpulan serupa, menguraikan bagaimana kredit telah dirusak di wilayah di mana perjudian olahraga dilegalkan. Di wilayah-wilayah ini, skor kredit merosot satu persen sementara penagihan utang dan kebangkrutan masing-masing melonjak delapan persen dan 28 persen.