Gunung es A23 yang kini terus menjadi perhatian. Foto: Anadolu
Medcom • 22 August 2024 14:19
Antartika: Para ahli tengah berdebat mengenai masa depan gunung es terbesar di dunia, A23a. Gunung es yang terlepas dari lapisan Es Filchner-Ronne di Antartika pada 1986.
Gunung es terbesar di dunia ini hampir 34 tahun diam di tempat, tetapi mulai bergerak pada tahun 2020. Namun es tersebut terletak dalam pusaran di Laut Weddell.
Hal tersebut jadi perbincangan para ahli, adanya perputaran yang memperlambat pencairan A23a. Perputaran ini mencegah es bergerak ke perairan lebih hangat.
Kate Hendry, Wakil Kepala Sains tim Polar Oceans di British Antarctic Survey (BAS), bersama Alexander Brearley, ahli oseanografi fisik di BAS, menjelaskan kepada Anadolu bahwa terlepasnya A23a dari Lapisan Es Filchner-Ronne adalah bagian dari proses alami yang tidak terkait dengan krisis iklim saat ini.
Mereka juga menjelaskan bahwa A23a telah berada di perairan dingin hingga awal tahun ini, menyebabkan ukurannya sedikit lebih menyusut dari 3.850 kilometer persegi menjadi 3.672 kilometer.
“Saat ini, A23a berputar sekitar 15 derajat per hari berlawanan arah jarum jam di utara Kepulauan South Orkney, sebuah wilayah yang telah ditempatinya sejak musim semi 2024. Perputaran ini terjadi karena gunung es terperangkap dalam arus laut kecil yang dikenal sebagai kolom Taylor, yang kadang-kadang muncul ketika arus laut mengalir di atas pegunungan bawah laut,” ujar mereka, seperti .
A23a saat ini berada di atas Pirie Bank, sebuah gunung bawah laut dengan lebar sekitar 100 kilometer dan puncaknya berada pada kedalaman sekitar 1.000 meter.
Mengenai laju pencairan gunung es, mereka menyatakan bahwa proses perputaran ini tidak menghentikan pencairan. Tetapi kondisi tersebut mencegah gunung es bergerak ke arah timur laut menuju perairan yang lebih hangat.
Biasanya, gunung es besar dari lokasi ini akan bergerak ke perairan hangat di Arus Sirkumpolar Antartika dan menuju pulau Georgia Selatan, sebuah jalur yang dikenal sebagai 'lorong gunung es.' Selama A23a masih terperangkap di kolom Taylor, pencairannya diperkirakan akan tetap lambat.
Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya, seperti Eric Rignot dari Universitas California, yang menyatakan bahwa pergerakan berputar justru mempercepat pencairan akibat peningkatan pertukaran panas dengan lautan.
"Gerakan berputar yang cepat mempercepat pencairan karena terjadi peningkatan pertukaran panas dengan air laut. Akibatnya, akan mulai hancur lebih cepat dan bisa terpecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil," jelas Rignot.
Ia juga menegaskan bahwa pencairan gunung es ini bukan disebabkan oleh perubahan iklim, tetapi karena lingkungannya memang sudah lebih hangat dan lebih asin sejak awal. Setiap gunung es yang hanyut ke laut pada akhirnya akan mencair."
Rignot menjelaskan bahwa perputaran A23a disebabkan oleh pola sirkulasi laut. Karena gunung es memiliki inersia yang besar, ia bisa terus berputar seperti ini selama bertahun-tahun.
Burcu Ozsoy, yang memimpin Institut Penelitian Arktik di Pusat Penelitian TUBITAK Marmara, Gebze, Turki, menambahkan bahwa karena A23a terjebak dalam pusaran, gunung es ini akan terus mengikuti arah dan kekuatan pusaran tersebut untuk beberapa waktu ke depan.
“Jika mempertimbangkan kedalaman A23a di bawah permukaan laut, ini menunjukkan bahwa gunung es tersebut akan tetap berada di posisinya saat ini untuk waktu yang lama tanpa mencair atau bergerak ke perairan yang lebih hangat," jelas Ozsoy.
Oleh karena itu, para ilmuwan sepakat bahwa A23a dapat tetap terperangkap dalam pusaran ini selama bertahun-tahun, yang membuatnya tidak bergerak ke perairan hangat, sehingga proses pencairan relatif lambat. Namun, risiko tetap ada, baik bagi kehidupan laut di sekitarnya maupun navigasi kapal. (Nithania Septianingsih)