Kekerasan di Tepi Barat jadi Perhatian DK PBB

Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pertemuan. Foto: EFE-EPA

Kekerasan di Tepi Barat jadi Perhatian DK PBB

Medcom • 26 June 2024 16:00

Washington: Beberapa anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menyuarakan keprihatinan mengenai kekerasan di Tepi Barat. DK PBB mendesak Israel untuk mengakhiri semua kegiatan pemukiman di wilayah pendudukan Palestina pada Selasa,25 Juni 2024.

“Mata dunia memang tertuju pada Gaza, tapi kita tidak bisa mengabaikan situasi di Tepi Barat,” ujar utusan Amerika Serikat (AS) untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield dalam pertemuan DK mengenai situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, dikutip dari Anadolu Agency, Rabu, 26 Juni 2024.

“Kami prihatin dengan peningkatan signifikan kekerasan mematikan terhadap warga sipil Palestina yang dilakukan oleh pemukim di Tepi Barat dan kami mengutuk keras tindakan tersebut,” tegasnya sambil menekankan jumlah warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat masih sangat mengkhawatirkan.

Thomas-Greenfield mengatakan, AS mendesak Israel bekerja sama dengan otoritas Palestina untuk mencegah serangan tersebut. Ia menambahkan pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat merupakan hambatan bagi solusi kedua negara antara Israel dan Palestina.

Sementara itu, utusan Inggris untuk PBB, Barbara Woodward mengatakan, Inggris telah mencatat keprihatinan berlanjutnya pembangunan permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur.

“Kami menegaskan bahwa pemukiman ini ilegal menurut hukum internasional. Kami mengulangi seruan kami kepada Israel untuk segera dan sepenuhnya menghentikan semua aktivitas permukiman,” tegas Woodward sambil mengutuk pelanggaran hak asasi manusia dan hasutan kekerasan terhadap komunitas Palestina di Tepi Barat.

Utusan Prancis Nicolas de Riviere juga mengatakan ketika situasi di Jalur Gaza terus memburuk, aktivitas pemukiman Israel meningkat di Tepi Barat.

“Prancis mengutuk kebijakan yang bertentangan dengan hukum internasional dan membahayakan prospek tercapainya solusi dua negara. Kami tidak akan pernah mengakui pengambilan wilayah secara ilegal ataupun pengakuan hukum atas pemukiman ilegal,” jelas de Riviere sambil mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ilegal Israel.

Selain itu, de Riviere menyebut Prancis juga mendesak menghindari tindakan apa pun yang dapat memperburuk situasi di Yerusalem dan Tepi Barat.

Teror Tepi Barat oleh Israel

Duta Besar Slovenia Samuel Zbogar mengatakan, negaranya ‘waspada’ dengan situasi di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.

“Kami tetap prihatin atas kemajuan rencana pemukiman, pembongkaran dan penyitaan bangunan-bangunan milik warga Palestina di depan mata kami sendiri,” ujar Zbogar.

“Kami sangat prihatin dengan impunitas atas kekerasan yang terus-menerus dilakukan pemukim berdampak pada penduduk di Tepi Barat dan pengiriman bantuan ke Gaza,” lanjutnya.

Di sisi lain, utusan Aljazair Amar Bendjama mencatat ancaman konflik yang meluas itu nyata dan harus diatasi, serta mengutuk ‘teror Tepi Barat’ oleh Israel.

“Situasi di Tepi Barat akan semakin memburuk jika penguasa pendudukan tidak menghentikan kebijakan teror dan perluasan pemukiman, kami menyerukan kepatuhan penuh terhadap resolusi 2334,” jelas Bendjama, mengacu pada resolusi DK yang diadopsi pada Desember 2016. 

Resolusi itu menyatakan aktivitas permukiman Israel merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan tidak memiliki validitas hukum. Resolusi tersebut juga menuntut Israel segera menghentikan semua aktivitas permukiman di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur.

Menekankan bahwa teror pemukim telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sering dilakukan di bawah perlindungan tentara Israel, ia mengatakan Aljazair menuntut pertanggungjawaban bagi pelaku tindakan teror ini.

Bendjama juga menuntut penerapan sanksi terhadap Israel karena ketidakpatuhannya terhadap resolusi DK.

Namun, ketegangan meningkat di Tepi Barat yang diduduki sejak Israel melancarkan serangan militer mematikan terhadap Gaza, telah menewaskan lebih dari 37.600 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 553 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 133 anak-anak dan hampir 5.300 orang terluka akibat tembakan tentara Israel di Tepi Barat.

Israel juga dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah, Gaza selatan sebagai tempat lebih dari sejuta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei. (Theresia Vania Somawidjaja)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)