Pasar Obligasi Masih Stabil hingga Semester II, saatnya Trading SBN Jangka Pendek

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pasar Obligasi Masih Stabil hingga Semester II, saatnya Trading SBN Jangka Pendek

Annisa ayu artanti • 29 March 2024 15:34

Jakarta: Harga pasar Surat Berharga Negara (SBN/obligasi pemerintah) tenor menengah-pendek (2-5 tahun) diprediksi menguat dalam waktu dekat ketika kondisi di pasar surat utang masih cukup fluktuatif seperti sekarang.
 
Fixed Income Analyst Mirae Asset, Karinska Bella Priyatno mengatakan, harga SBN tenor pendek diprediksi masih akan berfluktuasi dengan tingkat imbal hasil (yield) pada level 6,2 persen-6,35 persen, sehingga pelaku pasar dapat memanfaatkan fluktuasi tersebut untuk mendulang keuntungan.
 
“Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, terlihat bahwa pasar lebih fokus pada seri tenor menengah dan pendek, terutama seri-seri FR0101, FR0100, PBS030, PBS032, SPN, dan SPSN,” ujar Bella dikutip dalam siaran pers, Jumat, 29 Maret 2024.
 
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
 
Baca juga: 

Inflasi Rendah Menguntungkan Investor Obligasi

 
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
 
Sejak awal tahun, dia mengatakan instrumen fixed income tenor menengah-pendek memang masih menjadi pilihan utama pelaku pasar.
 
Pemilihan tenor menengah-pendek itu, lanjutnya, untuk memanfaatkan volatilitas pasar yang terjadi karena tenor menengah-pendek lebih sensitif dan fluktuatif dibandingkan dengan tenor yang lebih panjang.
 
Saat ini, Bella mengatakan investor juga lebih memilih instrumen obligasi tenor pendek dan memanfaatkan jadwal jatuh tempo yang sudah dekat sehingga risiko pelaju pasar lebih terjaga.
 
Dia mengatakan pada dasarnya fluktuasi pasar instrumen pendapatan tetap (fixed income) saat ini masih sangat tergantung dari data makroekonomi khususnya dari AS. Namun, kemungkinan turunnya suku bunga acuan global dan domestik masih menjadi tema besar tahun ini.

Daya tarik SBN masih tinggi

Menurut dia, suku bunga global masih tinggi tetap tidak menurunkan daya tarik dari SBN karena tingkat imbal hasil (yield) real dari SBN Indonesia tenor 10 tahun yang berada di kisaran 3,9 persen masih cukup menarik.
 
Menurut dia, faktor utamanya adalah inflasi yang terjaga pada 2,75 persen pada Februari. Real yield tersebut, lanjutnya, masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Tiongkok, dan India.
 
Saat ini selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dengan Obligasi AS (US Treasury) tenor 10 tahun sudah menyempit, sebesar 236 basis poin (bps). Besaran 100 bps setara dengan satu persen.
 
Sempitnya selisih yield kedua instrumen itu menunjukkan pelaku pasar cukup prudent terhadap obligasi asal Indonesia dibanding negara-negara lain.
 
Tenor 10 tahun adalah salah satu tenor acuan untuk pasar obligasi bersama dengan tenor lima tahun, 15 tahun, dan 20 tahun.
 
“Harga obligasi pemerintah tenor 10 tahun bisa naik, sehingga yield saat ini yang ada di 6,5 persen-6,7 persen, nanti untuk akhir semester II-2024 akan bisa turun ke enam persen,” jelas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)