Investasi. Foto: Medcom.id.
Jakarta: Investasi obligasi memberikan kepastian imbal hasil di tengah fluktuasi ekonomi global. Apalagi imbal hasilnya semakin menarik ketika tren inflasi menurun. Hal ini membuat produk ini menarik perhatian investor.
Sebagai gambaran obligasi menarik dengan Surat Utang Negara (SUN) FR0077 memiliki imbal hasil 8,125 persen setahun serta FR0080 dengan tingkat kupon 7,5 persen setahun. Imbal hasil keduanya jauh lebih tinggi dibanding inflasi Desember 2023 yaitu 2.61 persen. Spread ini bisa melebar jika inflasi tahunan semakin menurun.
Obligasi sendiri merupakan instrumen yang semakin digemari investor Indonesia. Data Bursa Efek Indonesia hingga Desember 2023 mengungkapkan investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi dan reksa dana meningkat 1,85 juta investor menjadi 12,16 juta investor dibanding tahun sebelumnya.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan narasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Semester-II 2024 berpotensi menurunkan imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury dan mendongkrak harga obligasi.
"Yield US Treasury tenor 10 tahun saat ini berada di level 4,23 persen lebih rendah dari puncaknya di 2023 sebesar 5 persen yang menjadi level tertinggi sejak krisis subprime mortgage di tahun 2007," jelas dia dalam keteranganya, Minggu, 3 Maret 2024.
Penurunan yield US Treasury tersebut turut berdampak positif bagi kenaikan harga obligasi domestik. Alhasil, investor dapat memanfaatkan potensi kenaikan harga obligasi tersebut di pasar sekunder. Selain mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga Obligasi, investor juga memperoleh return berupa kupon.
inflasi terkendali
Pemerintah meyakini inflasi Indonesia tahun akan tetap terkendali dan terjaga. Paling tinggi, angka inflasi ditaksir mencapai 2,8 persen. Adapun target pemerintah terkait angka inflasi berada di kisaran 2,5-3,5 persen di tahun ini.
"Kita yakin masih akan terkendali inflasi. Umumnya sepanjang tahun perkiraan kita sekarang di angka 2,8 persen paling tinggi," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dilansir Media Indonesia, Jumat, 1 Maret 2024.
Menurutnya, volatile food saat ini berasal dari beras dan beberapa macam bahan pokok pangan lainnya. Jika pasokannya terpenuhi maka volatile food turun.
"Dengan pasokan terpenuhi dan harga turun, kita yakin inflasi volatile food bulan ini juga akan turun," ujar dia.