Mulai 2032, PLTN Bakal Masuk ke Sistem Kelistrikan Indonesia

Ilustrasi, PLTN. Foto: iStock/Michael Utech.

Mulai 2032, PLTN Bakal Masuk ke Sistem Kelistrikan Indonesia

Insi Nantika Jelita • 17 September 2024 18:46

Jakarta: Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Suroso Isnandar mengungkapkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan masuk di sistem kelistrikan Indonesia setelah 2034. Dalam target pemerintah, operasi komersial pembangkit listrik ramah lingkungan itu mulai di 2032.
 
"Dari simulasi yang kami laksanakan ada indikasi kebutuhan energi baru nuklir ini mulai dari 2034 onward (ke depan)," ujar Suroso dalam Media briefing Electrifying The Future 'Strategi Hijau Untuk Akselerasi Net Zero Emissions' di Sarinah, Jakarta, Selasa, 17 September 2024.
 
Suroso menjelaskan, PLN tengah menyiapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2024-2033. Dalam RUPTL itu ditargetkan 75 persen pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dan sisanya 25 persen gas.
 
Namun, dalam rencana RUPTL yang dikenal Accelerated Renewable Energy Development (ARED) itu, PLTN belum masuk ke dalam sistem kelistrikan Indonesia.
 
"RUPTL yang sekarang sudah disusun kan periodenya 2024-2033. Karena secara regulasi RUPTL 10 tahun. Sehingga, PLTN itu belum masuk RUPTL," imbuh dia.
 
Pihaknya menegaskan pembangkit listrik ramah lingkungan itu diperlukan untuk mendukung transisi energi Indonesia. PLN siap melakukan studi kelayakan terkait pembangkit listrik nuklir di Indonesia dengan mengadaptasi teknologi reaktor modular kecil.
 

Baca juga: Prabowo Tertarik Ajak Rusia Kerja Sama di Sektor Energi Nuklir
 

Menimbang suplai-permintaan EBT

 
Dalam kesempatan yang sama, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattov berpendapat alasan PLTN baru menjadi sumber listrik bersih di Tanah Air pada 2034, karena pemerintah memikirkan sisi suplai dan permintaan energi
 
Dengan potensi energi bersih yang Indonesia miliki amat besar yakni 3.687 gigawatt (GW), menurut dia, pemerintah dikatakan akan hati-hati dalam menyediakan energi baru dan terbarukan sebagai sumber listrik yang baru.
 
"Pemerintah melihat ketersediaan antara suplai dan demand proyeksi permintaan listrik ke depan. Hal ini agar tidak ada mismatch (ketidakcocokan) antara pasokan dan permintaan," ucap dia.
 
Selain itu, dalam menyiapkan PLTN sebagai sumber listrik bersih, pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan memiliki kemampuan teknologi PLTN yang mandiri.
 
"Bagaimana pemerintah ketika mau membangun PLTN itu harus siap semuanya. Dari sisi SDM, dari sisi teknologinya. Jangan sampai kita juga dalam pengembangan EBT tetapi kita justru masih sangat tergantung dengan teknologi dari luar negeri," jelas Abra.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)