Australia. Foto: Unsplash.
Sydney: Penjualan ritel Australia merangkak naik pada April karena para pembeli tetap berhemat dalam menghadapi tingginya biaya pinjaman dan kenaikan harga sewa,
Hal ini menjadi sebuah tanda lain belanja rumah tangga hanya akan memberikan sedikit kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini. Data dari Biro Statistik Australia (ABS) menunjukkan penjualan ritel naik 0,1 persen di April. Angka ini jauh dari perkiraan analis yang memperkirakan kenaikan 0,2 persen.
"Sejak awal 2024, tren perputaran ritel tetap datar karena konsumen yang berhati-hati mengurangi pengeluaran mereka,” kata Kepala Statistik Ritel ABS Ben Dorber dikutip dari
Channel News Asia, Selasa, 28 Mei 2024.
Penjualan April sebesar USD23,78 miliar naik 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut sangat menyedihkan mengingat populasi Australia bertambah lebih dari 2 persen per tahun.
Volume penjualan per kapita telah turun selama tujuh kuartal berturut-turut, penurunan yang biasanya hanya terlihat pada resesi. Hal ini sebagian disebabkan oleh tingginya suku bunga hipotek dan kenaikan harga sewa, yang menggerogoti daya beli masyarakat.
Biaya jasa yang tidak tercakup dalam data ritel juga meningkat jauh lebih cepat dibandingkan harga barang, termasuk segala hal mulai dari asuransi, hingga pendidikan, kesehatan, dan listrik.
Tingginya inflasi jasa
Kerasnya inflasi jasa adalah alasan utama Reserve Bank of Australia (RBA) dianggap tidak mungkin menurunkan biaya pinjaman sama sekali tahun ini.
Kontrak berjangka menyiratkan peluang sekitar 30 persen untuk penurunan suku bunga Australia sebesar seperempat poin pada Desember, dan pelonggaran tersebut belum sepenuhnya diperkirakan hingga Mei 2025. Para analis memperkirakan hanya akan terjadi penurunan kecil pada inflasi tahunan menjadi 3,4 persen pada April, dari 3,5 persen pada Maret.
Banyak rumah tangga akan mendapatkan peningkatan pendapatan mulai Juli ketika pemotongan pajak pendapatan diterapkan, namun survei menunjukkan bahwa para pekerja berniat untuk menghemat sebagian besar pendapatan tersebut.
“Hasilnya adalah pertumbuhan konsumsi mungkin akan tetap lemah hingga paruh kedua tahun ini, yang akan membantu menurunkan inflasi lebih lanjut,” kata Kepala Ekonomi Asia-Pasifik di Capital Economics Marcel Thieliant yang mengatakan hal ini membuka peluang bagi penurunan suku bunga.