Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Pemerintah Tiongkok berusaha menangkis kegagalan pemulihan ekonomi pasca pandemi yang disebabkan pasar real estat yang melemah, utang yang sangat besar serta tingginya angka pengangguran generasi muda. Namun, usaha untuk mengembalikan kepercayaan investor tampak sulit di lingkungan makroekonomi yang ketat.
Para pengamat Tiongkok tetap skeptis apakah suntikan likuiditas pemerintah akan bermanfaat, dan pasar saham akan memberikan banyak manfaat bagi perekonomian Tiongkok.
"Ada narasi yang sangat buruk seputar Tiongkok yang terbukti sangat sulit untuk dihilangkan," jelas mitra di konsultan Lauressa Advisory yang berbasis di London Nicholas Spiro, dilansir
Business Insider, Jumat, 26 Januari 2024.
Meskipun menenangkan investor saham domestik yang gelisah, mungkin penting bagi para pejabat di Beijing. Realitas ekonomi pada dasarnya tidak akan berubah jika ada intervensi apapun terhadap pasar saham negara tersebut.
Sentimennya sangat suram, kata Spiro, sehingga investor dan pihak berwenang tidak memiliki visi yang jelas tentang apa yang perlu dilakukan selanjutnya.
"Tiongkok jelas khawatir dengan kondisi pasar yang buruk,” kata Direktur urusan Tiongkok di Mansfield Center di Universitas Montana, Dexter Roberts
Roberts yang juga penulis buku "The Myth of Chinese Capitalism," menuturkan Tiongkok sebaiknya menyelesaikan masalah lain yang mengganggu perekonomian. Dia mengatakan pasar properti, misalnya, mempunyai risiko yang lebih besar, mengingat sebagian besar kekayaan masyarakat dan sebagian besar PDB negara tersebut bergantung pada real estat.
Dia menuturkan, turunnya nilai properti telah melemahkan kepercayaan diri dan memaksa masyarakat untuk menabung lebih banyak, sehingga mengurangi modal yang tersedia untuk investasi.
"Jumlah kekayaan yang disimpan di pasar saham tidak seberapa dibandingkan dengan yang ada di pasar properti," kata Roberts.
Intervensi serupa
Pada 2015, Beijing mencoba melakukan intervensi pasar serupa setelah Bursa Efek Shanghai kehilangan sepertiga nilainya dalam hitungan minggu. Namun dampaknya hanya dalam jangka pendek.
Roberts mencatat lanskap perekonomian Tiongkok pada 2015 jauh lebih stabil dan positif dibandingkan saat ini. Delapan tahun yang lalu, Tiongkok secara aktif berinvestasi di sektor real estate, sedangkan pihak berwenang kini berupaya melakukan perampingan dan mengurangi utang.
Seperti diketahui, Beijing sedang mempertimbangkan paket penyelamatan senilai USD278 miliar untuk menstabilkan pasar dan memulihkan kepercayaan investor menyusul arus keluar modal asing secara besar-besaran tahun lalu.
CSI 300, indeks acuan Tiongkok, menyentuh level terendah dalam lima tahun beberapa hari sebelum Bloomberg melaporkan rencana Beijing.
Sejak mencapai puncaknya pada 2021, nilai saham Tiongkok dan Hong Kong telah merosot sekitar USD6 triliun. Indeks-indeks utama di kawasan ini berkinerja sangat buruk dibandingkan indeks Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara besar lainnya pada tahun lalu.